Jumat, 25 Maret 2016

MAKALAH SOSIOLOGI EKONOMI PENDEKATAN SOSIOLOGI TENTANG EKONOMI



MAKALAH SOSIOLOGI EKONOMI
PENDEKATAN SOSIOLOGI TENTANG
 EKONOMI



DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH “SOSIOLOGI EKONOMI

DISUSUN OLEH

KELOMPOK


 M HANIFUR ROSYIDIN    1596141029   





PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
SEMESTER GENAP 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis  panjatkan Kehadirat Allah Swt  yang telah melimpahkan  rahmat serta dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALAH SOSIOLOGI EKONOMI PENDEKATAN SOSIOLOGI TENTANG EKONOMI”, makalah ini dibuat sebagai penunjang kegiatan perkuliahan pada mata kuliah sosiologi ekonomi.
Terima kasih yang sebesar-besarnya dari kelompok  hanturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah sosiologi ekonomi yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah dan tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah memberi sumbangan pemikiran dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah kami. Akhir kata, semoga makalah ini dapat diterima dan dapat memberi manfaat bagi pihak yang membutuhkan.  






Makassar, 21 Maret  2016    



         Kelompok

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab II  Isi
1.      Konsep Aktor
2.      Konsep Tindakan Ekonomi
3.      Hambatan pada Tindakan Ekonomi
4.      Hubungan Ekonomi dan Masyarakat
5.      Tujuan Analisa
6.      Penerapan Metode
7.      Teori Sosiologi Sebagai Pendekatan
Bab III Penutup
A.    Kesimpulan/Saran
Daftar pustaka














BAB II
ISI

1.        Konsep Aktor
Ekonomi seperti yang disebutkan sebelumnya merupakan suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya masyarakat dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing. Bisa dikatakan kegiatan ekonomi merupakan cara bagaimana orang secara individual atau kelompok memenuhi kebutuhan hidup terhadap barang dan jasa. Dalam hal ini segala aktifitas yang dilakukan mereka berhubungan dengan proses produksi, distribusi, dan konsumsi.
Individu merupakan titik tolak dalam analisis ekonomi. Sebagaimana yang diterangkan dalam buku pengantar sosiologi ekonomi karangan Prof. Dr. Damsar yang mengatakan bahwa pendekatan individu dalam analisis ekonomi berakar dari utilitarianisme dan ekonomi politik Inggris. Utilitarianisme mengasumsikan bahwa individu adalah makhluk yang rasional, senantiasa menghitung dan membuat pilihan yang dapat memperbesar kesenangan pribadi atau keuntungan pribadi, dan mengurangi penderitaan atau menekan biaya. Sementara ekonomi politik Inggris dibangun diatas prinsip “laissez faire” yaitu “biarkan hal-hal sendiri, biarkan hal yang baik masuk”. Artinya biarkan individu mengatur dirinya, karena individu tahu yang dimauinya. Akan tetapi kontrol negara tetap dibutuhkan sebagai penjaga dalam kebebasan individu dalam mendapatkan keuntungan yang diinginkan.
Mengapa individu diberi kebebasan? Jawabannya karena individu itulah sendiri yang lebih mengetahui daripada orang lain mengenai kemampuan, pengetahuan, keterampilan, jaringan, dan lainnya yang dimilikinya. Sebagai contoh, Rudi memilih bekerja sebagai makelar kendaraan bermotor dibandingkan menjadi seorang guru SMA, meskipun dia seorang sarjana pendidikan bahasa, dengan berbagai pertimbangan yang rasionalnya, seperti kemampuan finansial, pengetahuan, keterampilan, jaringan dan dukungan dari anggota keluarga dan kerabat lainnya yang lebih dulu berkelut dan semuanya berhasil. Sehingga dia menjatuhkan pilihan tersebut dan dianggap sebagai keputusan yang rasional dan tepat. Lain lagi dengan Sinta yang meninggalkan pekerjaannya sebagai penjual pakaian dan pindah menjadi guru SD setelah lulus ujian dengan status PNS (Pegawai Negeri Sipil). Dia beranggapan menjadi penjual baju butuh modal yang besar sementara dia berasal dari keluarga miskin dan dia merasa tidak cocok berprofesi sebagai pedagangan. Tapi menjadi guru adalah profesi yang diidam-idamkan sejak dulu serta didukung dengan kemampuan dan keterampilannya sebagai tenaga pengajar yang baik. Dia juga berpamdangan bahwa jika menjadi PNS maka masa tuanya setelah pensiun akan dijamin oleh negara.
Contoh lain, yang dikutip dalam buku pengantar sosiologi ekonomi, seorang wanita karir yang melihat dirinya dalam kaitannya dengan apa yang dilakukannya, diperbuat atau dikerjakannya. “Apapun kata orang tentang diriku, kutahu yang kumau”. Itulah cara berpikir dan prinsip  sang wanita karir itu. Beginilah cara ekonomi klasik memandang aktor, dalam hal ini wanita karir tersebut.
Beda dalam pendangan sosiologi dalam mendiskusikan individu, aktor dianggap sebagai kesatuan yang dikonstruksi secara sosial, yaitu aktor dalam suatu interaksi atau aktor dalam masyarakat. Aktor dalam suatu interkasi  artinya individu yang terlibat dalam suatu interaksi dengan individu atau beberapa individu lainnya. Individu dipandang sebagai aktor kreatif dalam menciptakan, mempertahankan, dan merubah dunianya pada saat interaksi berlangsung. Contoh, seorang mahasiswa yang setiap harinya mengenakan pakaian-pakaian bermerek dan mengendarai mobil mewah ke kampus, berpenampilan bagus daripada teman-temannya yang lain, seakan-akan memamerkan kekayaan orang tuanya. Suatu hari ketika mangikuti perkuliahan, dia pun ditunjuk oleh dosen ke depan dan memberikan penjelasan ke teman-teman sekelasnya tentang tema yang diangkat pada saat perkuliahan tersebut. Tapi apa yang terjadi, mahasiswa tersebut maju dan berdiri di depan dengan tubuh gemetaran dan tidak mampu mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya. Sudah beberapa menit berdiri, belum juga melontarkan sebuah kata. Akhirnya sang dosen, mengeluarkan kalimat kepadanya, “penampilan saudara layaknya orang dewasa, tapi sayang saudara masih dikalahkan oleh seorang anak TK”. Mahasiswa tersebut merasa sangat malu dihadapan dosen dan mahasiswa lainnya. Semenjak peristiwa itu, dia pernampilan sederhana seperti mahasiswa lainnya dan tidak lagi memamerkan kekayaan orang tuanya. Berdasarkan contoh di atas terlihat dengan jelas pentingnya konteks interaksi dalam memperoleh perilaku seseorang dalam berbusana.
Selanjutnya yang dimaksud aktor dalam masyarakat adalah individu yang identitas dirinya tidak tampil tetapi tersembunyi dalam suatu kesatuan yang dinamakan masyarakat. Masyarakat sebagai satu kesatuan yang di dalamnya terdiri dari individu-indivdiu yang membentuknya. Sebagai contoh, hubungan persahabatan yang dipandang oleh Berger sebagai masyarakat. Pola hubungan persahataan dengan pola hubungan teman biasa sangat berbeda. Pola hubungan persahabatan dikenal dengan istilah sistem interaksi atau dikenal juga sebagai masyarakat, sedang pola hubungan teman biasa hanya disebut sebagai interaksi sosial biasa.
Dari penjelasan di atas, dapat ditekankan bahwa aktor dalam sosiologi tidak bisa dilihat sebagai individu itu sendiri, akan tetapi individu itu harus dihubungkan atau dikaitkan dengan individu lainnya baik sebagai peroranga mapun dalam bentuk kelompok.
Dari segi ekonomi, mengasumsikan bahwa aktor tidak dihubungkan dengan aktor lainnya. Sedang dari segi sosiologi, mengasumsikan bahwa aktor dihubungkan dengan dan dipengaruhi oleh aktor lainnya.

2.        Konsep Tindakan Ekonomi
Sebagaimana yang diterangkan di atas, ditinjau dari ekonomi, aktor diasumsikan mempunyai pilihan dalam melakukan tindakannya. Tindakan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan dan memperoleh keuntungan pribadi. Dari sosiologi melihat beberapa tipe tindakan ekonomi, sebagaimana Weber menyatakan tindakan ekonomi berupa rasional, tradisional, dan spekulatif-irrasional.
Tindakan ekonomi rasional, dalam hal ini individu dituntut bertindak secara rasional dengan mempertimbangkan segala aspek atas apa yang akan dikerjakan dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Misalnya individu mempertimbangkan alat yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ada. Seorang sarjana ekonomi, misalnya, dipandang rasional jika dia mendaftar sebagai akuntan di sebuah bank, dibanding memilih pekerjaan sebagai petani di desa. Ataukah, seorang tamatan SD yang tidak memilih keahlian tersendiri memilih jadi petani di desa daripada tinggal di kota yang biaya kehidupan mahal dan menuntut masyarakat mempunyai skill sehingga, dianggap sebagai tindakan rasional dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan. Tindakan ekonomi rasional ini memang menjadi perhatian baik dari ekonomi maupun sosiologi.
Tindakan ekonomi tradisional dan tindakan ekonomi spekulatif-irrasional tidak menjadi perhatian ekonomi, tetapi menjadi perhatian sosiologi. Tindakan ekonomi tradisional merupakan tindakan yang bersumber dari tradisi atau konveksi. Misalnya seorang yang telah melakukan perjalanan atau kunjungan dari daerah lain dan membawa ole-ole berupa barang-barang yang menjadi ciri khas daerah yang telah didatanginya, kemudian membagikannya kepada anggota keluarga lain, teman, tetangga dan lainnya. Hal seperti ini dianggap sebagai tindakan ekonomi. Contoh lainnya, melakukan pertukaran barang atau membawa kado saat acara pernikahan seorang teman, atau berupa sumbangan untuk perayaan acara perkawinan kerabat, dan sebagainya.
Tindakan ekonomi spekulatif-irrasional, merupakan tindakan ekonomi yang berorientasi ekonomi yang tidak mempertimbangkkan instrument yang ada untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Contoh sederhana dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, biasa kita mendengar atau membaca dari media cetak seorang korban tipuan dari kekuatan dukun/paranormal yang mampu menggandakan uang. Korban-korban tersebut berasal dari latar belakang menurut pendidikan, pekerjaan, dan status sosial. Dari segi sosiologi, tindakan itu dianggap sebagai tindakan spekulatif-irrasional karena secara rasional uang tidak dapat digandakan lewat apapun, kecuali pemalsuan uang.
Bagi sosiologi, tindakan ekonomi dianggap juga sebagai bentuk tindakan sosial, karena dalam tindakan ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi terdapat juga hubungan sosial seperti memperhatikan tingkah laku orang lain, saling bertukar pandangan, berbicara, berjabat tangan, mengucap salam atau memberi senyuman. Menurut ekonomi, tindakan ekonomi berkaitan dengan selera, kualitas dan harga barang dan jasa.

3.        Hambatan pada Tindakan Ekonomi
Dalam pandangan ekonomi sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa tindakan ekonmi dibatasi pada selera dan kelangkaan sumberdaya dan teknologi sehingga ada pemaksimalan pemanfaatan dan keuntungan, secara prinsip dengan mudah memprediksi tingkah laku aktor. Dari sosiologi tidak hanya memperhatikan dari kelangkaan sumberdaya tetapi juga dari pengaruh aktor-aktor lainnya, apakah aktor-aktor itu akan mempermudah, memperlancar, menghambat, atau membatasi tindakan ekonomi di dalam dunia pasar. Sebagaimana yang kita ketahui tindakan ekonomi dalam pandangan sosiologi tidak berada pada ruang hampa udara yang di dalamnya tidak ada hubungan sosian antara individu, sebaliknya tindakan ekonomi terjadi dengan adanya hubungan sosial antara individu yang berada di dalamnya.
Dalam suatu tindakan ekonomi yang dilakukan orang biasanya terdapat suatu kerjasama, kepercayaan, dan jaringan. Sebaliknya, kadang kala dalam tindakan ekonomi memunculkan perselisihan, pertengkaran, ketidakpercayaan, bahkan sampai pemutusan hubungan. Contoh, seorang pengrajin benang sutra di Sempangge, Kab. Wajo memiliki hubungan bisnis dengan pedagang sutra. Dimana hubungan yang terjalin diantara keduanya bukan hanya hubungan bisnis semata, akan tetapi terdapat juga hubungan sosial. Misalnya, ketika perayaan Idul Fitri keduanya saling mengadakan kunjungan untuk melakukan silatuhrahmi sesama  umat muslim. Atau sebaliknya, dua orang pengusaha melakukan hubungan bisnis namun hubungan ekonomi itu tidak berlangsung lama. Karena salah satunya menghilangkan kepercayaan atau dengan kata lain melakukan penyimpangan yang merugikan pihak yang satunya dan hal itu diketahui oleh pihak tersebut. Pada akhirnya hubungan bisnis antara kedua diputuskan karena adanya kekecewaan salah satu pihak. Perselisihan yang terjadi dalam dunia bisnis karena ketidakmampuan menjaga kepercayaan yang dimiliki antara dua belah pihak. Yang selanjutnya akan mempengaruhi jaringan dan ruang gerak bisnisnya semakin sempit bahkan bisa tertutup.

4.        Hubungan Ekonomi dan Masyarakat
Para ekonom memusatkan kajian pada pertukaran ekonomi, pasar, dan ekonomi, sementara masyarakat hanya dianggap sebagai sesuatu yang berada di luar dan sesuatu yang telah ada. Menurut sosiologi, ekonomi dipandang sebagai bagian internal dalam masyarakat. Sosiologi selalu memandang sessuatu secara holistik, melihat suatu kenyataan saling terkait antar berbagai faktor. Sehingga sosiologi ekonomi memusatkan perhatiannya pada:

a. Analisis sosiologis terhadap proses ekonomi, misalnya proses pembentukan harga atau bagaimana terbentuknya kepercayaan dalam tindakan ekonomi bisa juga berbentuk perselisihan.
b.  Analisis hubungan dan interaksi antara ekonomi dan institusi lain dari masyarakat, seperti hubungan antara ekonomi dan agama, pendidikan, stratifikasi sosial, demokrasi, atau politik.
c. Studi tentang perubahan institusi dan para meter budaya yang menjadi konteks bagi landasan ekonomi dari masyarakat, contohnya semangat kewirausahaan di kalangan santri, kapital budaya (cultural capital) pada masyarakat nelaya, atau etos kerja di kalangan pekerja tambang.
Pengaruh ekonomi dalam kehidupan sosial sangatlah jelas terlihat yakni bagaimana ekonomi membentuk perilaku atau tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat sebagai individu yang berinteraksi menggunakan ekonomi sebagai salah satu alat untuk berinteraksi yang kemudian termanifestasikan dalam proses tukar-menukar atau jual-beli dengan menggunakan alat tertentu yang biasa kita kenal dengan nama uang.

5.        Tujuan Analisa
Ekonomi dan sosiologi memang berbeda dalam memandang suatu kenyataan namun antara keduanya saling terkait dan menimbulkan hubungan timbal balik serta saling mempengaruhi. Seperti dalam bagian ini, ekonomi dan sosiologi mempunyai perbedaan dalam menganalisa suatu pernyataan, karena keduanya memang memiliki pandangan yang berbeda. Ekonomi mempunyai kecenderungan untuk melakukan prediksi dan eksplanasi, serta sangat sedikit membuat deskripsi. Maksudnya, ekonomi itu selalu cenderung melakukan suatu ramalan mengenai masa depan disertai dengan penjelasan tentang hubungan pengaruh yang akan timbul antara variabel tersebut. Ekonomi melihat bagaimana tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Tindakan tersebut biasanya berada pada pola interaksi ekonomi seperti produksi, distribusi, dan konsumsi.
Sosiologi justru lebih pada deskripsi dan eksplanasi, sementara prediksi sangat jarang digunakan. Dalam artian bahwa sosiologi memiliki kecenderungan melihat suatu kenyataan/fenomena lebih mendalam, menganalisa jauh kedalam mengenai apa yang sebenarnya terjadi, ada apa dibalik kenyataan itu, dan melihat tembus terhadap realita yang terjadi. Deskripsi analitik sangat sering digunakan oleh sosiolog untuk menggambarkan fenomena sosial yang terjadi.


6.        Penerapan Metode
Ekonomi yang cenderung menggunakan prediksi maka metode yang cocok digunakan adalah penerapan hipotesa dan penggunaan model-model dalam bentuk matematik. Ekonomi cenderung mencoba menerapkan hipotesis berdasarkan prediksinya. Dengan demkian, ekonomi cenderung menggunakan data resmi atau data sekunder dan tidak mempunyai data sendiri.
Sementara sosiologi menggunakan metode yang berbeda satu sama lain seperti hermeneutik, etnografi, dan fenomenologi termasuk metode historis dan perbandingan. Biasanya para sosiolog melakukan pengumpulan data sendiri di lapangan. Sosiologi sebagai disiplin ilmu yang bebas nilai tidak serta merta memberikan label dan sosiologi melihat bahwa dalam proses ekonomi terdapat interaksi sosial. Sosiologi dalam metodenya menggunakan metode kualitatif dengan sumber data primer dan sekunder.

7.     Teori Sosiologi Sebagai Pendekatan

            Salah satu pendekatan sosiologi adalah teori sosiologi. Teori merupakan alat untuk melakukan analisis. Oleh sebab itu teori bukan merupakan tujuan analisis melainkan alat untuk memahami kenyataan atau fenomena dalam hal ekonomi.
Dalam sosiologi, teori telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dalam pembahasan ini kita hanya membatasi empat teori saja, dua teori mikro (Teori Interasionisme Simbolisdan Teori Pertukaran) dan dua teori makro (Teori struktural fungsional dan Teori Struktural Konflik). Teori tersebut adalah sebagai berikut:

1. Teori struktural fungsional,
Teori ini menjelaskan bagaimana berfungsinya suatu struktur seperti persahabatan, organisasi, dan masyarakat akan tetap ada sepanjang ia memiliki fungsi.
Asumsi teori struktural fungsional
a. Setiap masyarakat terdiri dari berbagai element yang terstruktur secara relatif, mantap dan stabil
b. Element-element terstruktur tersebut terintegrasi dengan baik.
c. Setiap element dalam struktur memiliki fungsi yaitu memberikan sumbangan pada bertahannya struktur itu sebagai suatu sistem.
d. Setiap struktur yang fungsional dilandaskan pada suatu konsensus nilai diantara para anggotanya.

2. Teori Struktural Konflik
Teori ini menjelaskan bagaimana struktur memiliki konflik. Berbeda dengan struktural fungsional yang menekankan pada fungsi dan element-element pembentukan struktur. Teori struktural konflik melihat bahwa setiap struktur memiliki berbagai element yang berbeda, yaitu motif, maksud, kepentingan atau tujuan yang berbeda-beda. Perbedaan itulah yang menimbulkan terjadinya disintegrasi, konflik dan perpecahan.
Asumsi Teori Struktural Konflik
a. Setiap masyarakat, dalam setiap hal, tunduk pada proses perubahan; perubahan sosial terdapat dimana-mana.
b. Setiap masyarakat, dalam setiap hal, memperlihatkan pertikaian dan konflik; konflik sosial terdapat dimana-mana.
c. Setiap element dalam suatu masyarakat menyumbang disintegrasi dan perubahan.
d. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan dari beberapa anggotanya dari orang lain.

3. Teori Interasionisme Simbolis
Teori ini memahami realitas sebagai suatu interaksi yang dipenuhi oleh berbagai simbol.
Asumsi Teori Interasionisme Simbolis
a. Manusia adalah makhluk yang mampu menciptakan dan menggunakan simbol.
b. Manusia menggunakan simbol untuk saling berkomunikasi.
c. Manusia berkomunikasi melalui pengambilan peran (role taking)
d. Masyarakat terbentuk, bertahan dan berubah berdasarkan kemampuan menusia untuk berfikir, untuk mendefinisikan, untuk melakukan refleksi diri dan untuk melakukan evaluasi

4. Teori Pertukaran.
Teori pertukaran melihat dunia ini sebagai arena pertukaran, tempat orang-orang menukar ganjaran atau hadiah, adapun bentuk perilaku sosial seperti persahabatan, perkawinan atau perceraian tidak lepas dari soal pertukaran.
Asumsi Teori Pertukaran
a. Manusia adalah makhluk yang rasional, dia memperhitungkan untung dan rugi.
b. Perilaku pertukaran terjadi apabila:
· Perilaku tersebut harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai melalui interaksi dengan orang lain
· Perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan tersebut.
c. Transaksi-transaksi pertukaran terjadi hanya apabila pihak yang terlbat memperoleh keuntungan dari pertukaran itu.
















BAB III
PENUTUP

   Kesimpulan Dan Saran:
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Dari segi ekonomi, mengasumsikan bahwa aktor tidak dihubungkan dengan aktor lainnya. Sedang dari segi sosiologi, mengasumsikan bahwa aktor dihubungkan dengan dan dipengaruhi oleh aktor lainnya.
2.      Menurut sosiologi, tindakan ekonomi dianggap juga sebagai bentuk tindakan sosial, karena dalam tindakan ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi terdapat juga hubungan sosial seperti memperhatikan tingkah laku orang lain, saling bertukar pandangan, berbicara, berjabat tangan, mengucap salam atau memberi senyuman. Menurut ekonomi, tindakan ekonomi berkaitan dengan selera, kualitas dan harga barang dan jasa.
3.      Dalam suatu tindakan ekonomi yang dilakukan orang biasanya terdapat suatu kerjasama, kepercayaan, dan jaringan. Sebaliknya, kadang kala dalam tindakan ekonomi memunculkan perselisihan, pertengkaran, ketidakpercayaan, bahkan sampai pemutusan hubungan.
4.      Ekonomi sangat memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial dengan jelas terlihat bagaimana ekonomi membentuk perilaku atau tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Dalam menganalisa suatu pernyataan, ekonomi cenderung memakai prediksi dan eksplanasi dan deskripsi sangat jarang digunakan, sedangkan sosiologi lebih cenderung menggunakan deskripsi dan eskplanasi dan prediksi yang jarang digunakan.
6.      Metode yang digunakan dalam ekoonomi cenderung mengunakan penerapan hipotesa dan penggunaan model-model dalam bentuk matematik. Sedangkan sosiologi menggunakan metode berupa hermeneutik, etnografi, dan fenomenologi termasuk metode historis dan perbandingan.
   




























DAFTAR PUSTAKA

·         http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/4-faktor-produksi-dalam-ekonomi-secara-lengkap.html"
·         http://sekolahumarusman.com/peran-pengusaha-dalam-perekonomian/
·         http://poinesia.blogspot.co.id/2013/12/peran-seorang-pengusaha-dalam-majunya.html
·         http://muhrisqan.blogspot.co.id/2011/09/peranan-pengusaha.html
·         http://www.selangkahlagi.com/2015/03/pengertian-sistem-perekonomian-pasar-bebas-ciri-kelemahan-kelebihan.html
·         http://kantinkuning.blogspot.co.id/2013/04/perencanaan-ekonomi-terpusat.html
·         http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-sistem-ekonomi-campuran-ciri-ciri.html#
·         https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_perekonomian




Jumat, 18 Maret 2016

MAKALAH ILMU EKONOMI “Bentuk-bentuk Pasar”



MAKALAH ILMU EKONOMI
“Bentuk-bentuk Pasar”
Disusun oleh :
Fajar Wijaya 1396142031
Heriyanti 1596140005
Arief Muharief 1596140006
Alhidayat Nur 1596140012
Nurjannah 1596140018
Aditya Pratama 1596141001
Abdul Gafur 1596141007
Nabilah Fauziyyah Farid 1596141013
Ian Zaifanur 1596141019
Lukman Hakim 1596141024
Siti Nurhalima M. 1596141025
Nurul Husnah Ramadani 1596141031


Bentuk-bentuk Pasar

Dari pengalaman sehari-hari, pasar itu berarti tempat untuk jual beli barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Di pasar, ada banyak penjual dan pembeli. Di pasar juga bisa kita lihat ada berbagai macam barang yang ditawarkan atau dibeli oleh konsumen. Di pasar orang melakukan transaksi dengan membayar secara tunai.
Artinya, banyak konsumen atau pembeli datang ke pasar untuk berbelanja dengan membawa uang tunai. Inilah pasar dalam arti asli atau konkrit seperti yang nampak pada gambar di bawah ini.
Pada gambar, nampak penjual sedang menawarkan jajan-jajanan dan pembeli yang sedang memilih jajan tersebut untuk dibeli. Disebut konkrit karena secara fisik pasar itu tampak atau ada. Begitu pula dengan barang-barang yang diperjualbelikan.
Bahkan antara pembeli dan penjual bertemu muka dalam peristiwa jual beli tersebut. Istilah “pasar kaget”, “pasar tiban”, pasar terapung”, “pasar senggol”, “pasar tumpah”, hanyalah sekadar sebutan atau istilah yang diberikan oleh masyarakat setempat untuk menunjukkan pasar dalam arti konkrit ini.
Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, transaksi jual beli barang atau jasa dapat dilakukan melalui surat, telepon maupun jaringan internet.
A. Menurut wujudnya pasar juga dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pasar Abstrak
Pasar yang tidak nyata, percakapan antara penjual dan pembeli hanya dilakukan melalui telepon dan internet mereka tidak bertatap muka secara langsung.
Contohnya : online shop
2. Pasar Konkret
Pasar yang nyata para penjual dan para pembeli dapat bertemu langsung dan saling bertatap muka, barang dan jasanya pun sudah dapat dilihat dan durasakan langsung.
Contohnya : pasar swalayan

B. Syarat-syarat terjadinya pasar:
-      terdapat penjual dan pembeli
-      tersedia barang dan jasa yang diperjualbelikan
-      terjadinya transaksi antara pembeli dan penjual melalui proses tawar menawar
-      tersedia media untuk berinteraksi antara penjual dan pembeli
Dalam kegiatan pasar mempunyai tiga fungsi utama, sebagai berikut:
-      fungsi distribusi
-      fungsi pembentuk harga
-      fungsi promosi

C. Pasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurna memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) terdapat banyak pembeli dan penjual sehingga secara perseorangan pembeli/penjual tidak dapat mempengaruhi harga pasar,
(2) penjual dan pembeli mengetahui benar keadaan pasar,
(3) barang yang diperdagangkan homogen sehingga dapat saling menggantikan secara sempurna
(4) pembeli dan penjual bebas keluar masuk dalam melakukan transaksi di pasar.
Bentuk pasar persaingan sempurna semacam itu hanya ada dalam teori saja, sedangkan dalam kenyataannya tidak pernah terjadi karena tidak akan ada barang yang dapat saling menggantikan secara sempurna. Selain itu barang-barang yang diperdagangkan di pasar selalu berbeda, mungkin karena merk, bentuk, letak, maupun harga. Jumlah pembeli dan penjual juga tertentu jumlahnya karena mereka mempunyai langganan sendiri.
(5) Maksimalisasi laba perusahaan :
          Tujuan utama perusahaan kompetitif adalah maksimize profit artinya perusahaan akan menghasilkan kuantitas yang memaksimalkan perbedaan antara pendapatan total dengan biaya total. Maksimalisasi laba terjadi pada saat kuantitas dimana pendapatan marginal sama dengan biaya marginal.

D. PASAR BUKAN PERSAINGAN SEMPURNA
Pasar persaingan bukan sempurna merupakan pasar dengan ciri para penjual atau pembeli dapat mempengaruhi harga karena jumlah barang yang ditawarkan atau dibeli cukup banyak dan sifat barang yang ditawarkan berbeda dengan penjual lain.
Bentuk-bentuk pasar persaingan tidak sempurna adalah sebagai berikut:
1) Pasar monopoli dan monopsoni
Monopoli berarti penjual tunggal, dengan demikian pasar monopoli merupakan pasar yang dikuasai atau dilayani oleh satu penjual. Sementara itu monopsoni berarti pembeli tunggal sehingga pasar monopsoni merupakan pasar yang dikuasai oleh satu pembeli. Karena dalam pasar monopoli hanya terdapat satu penjual, maka perusahaan menguasai harga. Perusahaan mampu menaikkan maupun menurunkan tingkat harga dengan cara menambah atau mengurangi jumlah barang yang diperjual belikan.
Di Indonesia monopoli hanya diizinkan bagi perusahaan-perusahaan negara yang menyediakan barang untuk keperluan hajat hidup orang banyak seperti: telepon, air, gas, pengangkutan kereta api dan udara, komunikasi dan pertahanan keamanan. Sementara itu, untuk pasar monopsoni di kalangan konsumen jarang dijumpai. Tetapi di kalangan produsen atau pembeli faktor-faktor produksi, pengusaha monopsoni ini agak banyak.
Contoh: cengkeh ketika diurus oleh BPPC pada masa Orde Baru. Perusahaan monopsoni dapat mempengaruhi harga dengan cara menaikkan atau menurunkan jumlah faktor produksi yang ia beli.
2) Pasar oligopoli dan oligopsoni
Pasar Oligopoli merupakan pasar yang dikuasai oleh beberapa penjual (produsen). Jika pasar hanya dikuasai oleh dua penjual (produsen) maka disebut pasar duopoli. Biasanya pada pasar oligopoli terdapat dua atau lebih penjual (produsen) besar yang menguasai sebagian besar pasar. Jika salah satu perusahaan besar melakukan perubahan harga, perusahaan besar lainnya dapat terpengaruh. Contohnya di Indonesia adalah operator seluler.
Sementara itu, pasar oligopsoni merupakan pasar yang dikuasai oleh beberapapembeli yang mempunyai kemampuan mempengaruhi harga pasar. Contohnya adalah pembeli coklat (kakao) yang dilakukan oleh satu asosiasi pembeli kakao yaitu ASKINDO (Asosiasi Kakao Indonesia).
Jenis-jenis oligopoli :
-      Oligopoli dengan diferensiasi produk, yaitu antar produsen menghasilkan output yang berbeda
-      Oligopoli tanpa diferensiasi produk, yaitu antar produsen menghasilkan output yang sama
Penentuan harga dan output :
-      Tinggi rendahnya tingkat diferensiasi produk akan mempengaruhi perilaku produsen dalam menentukan output atau harganya
-      Semakin tinggi tingkat diferensiasinya berarti semakin rendh tingkat ketergantungannya (interdependensi) terhadap perusahaan lain. Ini berarti kurva permintaannya tergantung atau dipengaruhi perusahaan lain.
Keseimbangan pada pasar oligopoli akan dipengaruhi oleh 2 kemungkinan perilaku penjual
-      Setiap penjual tidak akan mengikuti tindakan penjual lainnnya, dalam hal menentukan harga
-      Setiap penjual akan mengikuti tindakan penjual lainnya, khususnya dalam hal menurunkan harga

3) Pasar persaingan monopolistik dan oligopoli 
Pasar persaingan monopolistik merupakan bentuk perpaduan antara pasar persaingan sempurna dengan pasar monopoli. Pasar persaingan monopolistic mengandung ciri kedua pasar tersebut, yaitu adanya unsur persaingan dan monopoli.
Dikatakan ada persaingan, karena diantara mereka saling bersaing terhadap barang yang sama yang mereka jual. Contoh: pabrik rokok Gudang Garam bersaing dengan pabrik rokok Djarum atau Bentoel. Disamping itu mereka juga memiliki unsur monopoli terhadap barangnya sendiri. Rokok Gudang Garam dimonopoli oleh pabrik rokok Gudang Garam sendiri. Jenis barangnya sama-sama rokok, tetapi berbeda karena adanya merk, rasa dan kemasan. Secara lebih rinci pasar persaingan monopolistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  Para penjual dapat lebih leluasa dalam menetapkan baik harga maupun jumlah barang yang akan dijual.
  Jumlah pembeli dan penjual cukup banyak, sehingga masing-masing perusahaan masih mempunyai pengaruh atas harga meskipun tidak besar.
  Barang-barang yang diperjual belikan tidak benar-benar homogen melainkan ada perbedaan, meskipun hanya beda dalam merk, bentuk, warna, mutu dan ukuran.
Contoh pasar persaingan monopolistik adalah: motor Yamaha, Honda, Kawasaki, dan Suzuki diproduksi oleh produsen yang berbeda walaupun kegunaannya sama.
■ Persaingan promosi penjualan yang kuat.
Penjual dalam pasar persaingan monopolistik memerlukan kejelian dan keuletan untuk mempromosikan barangnya secara gencar dan terus-menerus, tentang mutu dan desain barang agar dapat menarik konsumen. Misalnya promosi antar perusahaan rokok atau mobil.
Pada saat ini hampir semua pasar yang ada di masyarakat kita merupakan pasar persaingan monopolistik, bahkan tingkat persaingan dari pasar tersebut sudah sampai ke dunia internasional.