BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang
Indonesia adalah termasuk golongan negara yang
sedang berkembang. Program pembangunan
ekonomi secara nasional merupakan sasaran utamanya. Pembangunan nasional
merupakan rangkaian ikhtiar untuk pembangunan yang merata dalam rangka
mewujudkan tujuan nasional. Namun dalam realitasnya sekarang kondisi
perekonomian indonesia belumlah stabil. Kondisi perekonomian yang tidak stabil
sebagai dampak dari terjadinya krisis global yang melanda dunia,utamanya di
negara-negara yang berkembang mengakibatkan munculnya permasalahan-permasalahan
ekonomi seperti tingkat pengangguran yang semakin meningkat dan akan melahirkan
kemiskinan di seluruh lapisan masyarakat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka
haruslah dibarengi dengan usaha pemerintah yang serius dan dukungan dari
seluruh kalangan masyarakat untuk melakukan berbagai rangkaian kegiatan
pembangunan di segala bidang secara bertahap. Salah satu bidang dianggap
memiliki peranan yang besar dalam mengatasi masalah perekonomian adalah
pembangunan di bidang industri, khususnya industri kecil dan menengah. Peran
Industri Kecil dapat dilihat dari dua aspek yaitu peran terhadap penyerapan
tenaga kerja dan peranan terhadap nilai ekspor. Pentingnya industri kecil
khususnya di negara Indonesia dimana jumlah tenaga kerja berpendidikan rendah
dan aneka sumber alam sangat berlimpah, kapital terbatas pembangunan pedesaan
masih terbelakang dan distribusi pendapatan tidak
merata, sangat erat hubungannya dengan sifat umum kelompok Industri Kecil.
Setiap jenis usaha pasti diharapkan
bisa menghasilkan keuntungan, baik itu usaha besar maupun usaha kecil. Tingkat
keuntungan suatu usaha merupakan pencerminan dari keberhasilan usaha suatu
perusahaan. Semakin besar keuntungan berarti perusahaan tersebut akan mampu
memenuhi kewajibannya dan lebih berpotensi untuk berkembang. Dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Industri Kecil memiliki peran yang
sangat strategis mengingat berbagai potensi yang dimilikinya. Potensi tersebut
antara lain mencakup jumlah dan penyebarannya, penyerapan tenaga kerja,
penggunaan bahan baku lokal, keberadaannya di semua sektor ekonomi, dan
ketahanannya terhadap krisis.
Kesejahteraan masyarakat haruslah tetap selalu
dijaga agar kebutuhan masyarakat tersebut dapat dipenuhi sehingga
kelangsungan hidupnya tetap senantiasa dipertahankan. Dalam ilmu ekonomi
kebutuhan manusia ada berbagai macam yaitu kebutuhan dalam bentuk barang maupun
jasa. Untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut dilakukanlah kegiatan
produksi sehingga memungkinkan dilakukannya pentranspormasian masukan yang
berupa Tenaga kerja, Modal dan masih ada yang lainnya sebagai faktor produksi.
Kegiatan produksi merupakan kegiatan untuk
menambah guna dari masukan (input) menjadi keluaran (output). Dalam kegiatan
untuk menambah kegunaan itu dibutuhkan sistem produksi dan operasi
sehingga memungkinkan dilakukannya
pentransformasian masukan yang berupa Tenaga kerja dan modal sebagai faktor –
faktor produksi dengan harapan mampuh menghasilkan keluaran dalam jumlah yang
maksimal. Dalam memproduksi kain sutera, sebagaimana proses produksi yang
dilaksanakan pada komoditi lainnya, produksi kain sutera tentunya membutuhkan
faktor-faktor produksi yang berkaitan untuk menghasilkan sejumlah output
tertentu. Oleh karena itu perlu diupayakan pemanfaatan
faktor-faktor produksi tersebut
diatas secara efektif agar dapat memberikan hasil yang lebih menguntungkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, jika ditinjau
dari beberapa faktor-faktor produksi yang berkaitan, maka akan mempengaruhi
kegiatan produksi kain sutera dalam
menghasilkan sejumlah output yang berkualitas dan memiliki daya jual
yang tinggi apa lagi jika tenaga kerjanya disertai dengan keterampilan yang
baik. Kegiatan pengembangan
persuteraan di Kabupaten Wajo dapat ditemui disemua kecamatan yang ada namun
produksi benang sutera terkonsentrasi di kecamatan sabbangparu dan daerah
pengembangannya tersebar di Kecamatan Majauleng, Kecamatan Tempe, Kecamatan
Bola. Sedangkan sentra industri pertenunan sutera terdapat di Kecamatan
Tanasitolo dan daerah pengembangannya tersebar di Kecamatan Tempe, Kecamatan
Majauleng, dan Kecamatan Pammana.
Kegiatan pengembangan persuteraan baik industri hulu yang meliputi
persuteraan alam dengan penanaman tanaman murbey, pemeliharaan ulat sutera dan
produksi kokon serta industri hilir yang meliputi pemintalan benang
sutera,penenunan kain sutera, hingga pengembangan deversifikasi produk asal
sutera dapat di jumpai di kabupaten Wajo. Industri penenunan sutera merupakan
kegiatan yang paling banyak digeluti oleh pelaku persuteraan di Kecamatan
Tanasitolo, hal ini dilatarbelakangi oleh produk kain sutera yang dihasilkan
mempunyai nilai kegunaan yang dipadukan dengan nilai estetika budaya setempat.
Perpaduan nilai tersebut menghasilkan karakteristik yang tersendiri mencirikan
produk kain sutera khas sengkang.
Kecamatan Tanasitolo merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Wajo, di mana sebagian penduduknya berprofesi sebagai pengrajin kain sutera. Dalam melakukan produksi, pengusaha terkadang mendapatkan
kendala
dalam memproduksi
kain sutera utamanya pada faktor – faktor produksi.
Dalam melakukan produksi, pengusaha terkadang mendapatkan
kendala
dalam memproduksi
kain sutera utamanya pada faktor – faktor produksi.
Dalam perjalananya,berdasarkan hasil pengamatan awal, yang dilakukan,
sejumlah permasalahan yang dapat diidentifikasi
antara lain; (1) keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dasar pengrajin dalam mengkreasikan motif, (2) keterbatasan modal dan akses ke sumber permodalan
yang layak, mudah, cepat, dan tepat, (3) kurangnya pemahaman tentang
pengelolaan atau manajemen usaha, (4) terbatasnya bahan baku kain sutera dalam hal ini benang
sutera, (5) terbatasnya
waktu kerja yang dipengaruhi oleh aktivitas lain selaku ibu rumah tangga,dan
(6) kesulitan memasarkan kain sutera pada pasar domestik apalagi pada pasar
internasional.
Tabel 1.
Data
Pertenunan Sutera Kabupaten Wajo
Tahun Produksi ( rupiah)
2006 23.535.936
2007 25.163.436
2008 23.743.436
2009 27.086.286
2010
27.894.708
Sumber : Kantor Dinas Koperasi, UMKM,
Perindustrian dan Perdagangan Kabupeten Wajo. 2010
Tabel
diatas menjelaskan bahwa produksi kain
sutera di
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo masih tetap mengalami peningkatan dan penurunan hal ini
terlihat pada tahun 2006 produksi kain
sutera mencapai
23.535.936 kemudian tahun 2007 mengalami peningkatan produksi
menjadi 25.163.436 dan tahun 2008 mengalami
penurunan menjadi 23.743.436 dan
tahun 2009 produksi kain sutera
kembali meningkat menjadi 27.086.286.demikian seterusnya pada
tahun 2010 naik lagi menjadi 27.894.708. Naik turunnya produksi kain sutera tergantung pada faktor – faktor produksi yang digunakan baik secara langsung
maupun tidak lansung.
Perkembangan
produksi kain sutera tidak lepas dari faktor – faktor yang mempengaruhi hasil
produksi kain suera. Oleh karena itu para pengrajin
memperhatikan faktor- faktor yang mempenagruhi hasil produksi kain sutera. Secara garis besar dapat dilihat dari lima
kompenen sabagai berikut. seperti tenaga kerja,benang sutera,juga
mempengaruhi produksi kain sutera disamping faktor-faktor secara langsung terdapat pula faktor-faktor lain secara tidak langsung ikut mempengaruhi produksi kain sutera seperti
pengalaman usaha, tingkat pendidikan, dan umur.
Berkaitan
dengan permasalahan
tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat
judul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengsruhi Hasil Produksi Kain Sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo”.
b.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka
penulis mengangkat masalah berikut:
Faktor-faktor
apa sajakah yang paling berpengaruhi pada hasil produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo?
c.
Tujuan
Penelitian
Setiap
manusia dalam melakukan kegiatan tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi
hasil produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo,baik secara
simultan maupun secara parsial.
d.
Manfaat
Hasil Penelitian
Ada
pun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademik
Dengan adanya penelitian ini diharapkan sebagai bahan
informasi dan pertimbangan dan bahan referensi bagi calon peneliti berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a.
Pemerintah
Penelitian
ini diharapkan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam memberikan
bantuan,baik berupa permodalan maupun penyuluhan bagi UKM khususnya pengrajin
kain sutera sehing dapat berkembang secara baik.
b. Pengrajin Kain Sutera
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam mengembangkan produksi secara
efektif dan efisien,agar kelangsungan usaha dapat bertahan dan maju.
c. Peneliti
Penelitian
ini sebagai bahan dalam memperluas wawasan khususnya mengenai industri kecil
dan industri rumah tangga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN
KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Usaha produksi kain sutera sesungguhnya tedak sekedar
hanya pada pengambilan hasil (ekstrektif) melainkan benar-benar usaha produksi.
Disini berlangsung pendayagunaan faktor produksi berupa,alam,tenaga kerja,
modal, dan keahlian (skill) secara baik dan terpadu kualitas dan kuantitas
hasil akan sangat bergantung pada pengelolahnya, apabila pengelolahannya
berlangsung baik sejak awal produksi sampai pada proses pemasaran hasil, maka
kuantitas akan sangat memuaskan produsennya.
1. Konsep Produksi
a. Pengertian
Produksi
Produksi
merupakan hasil perpaduan dari suatu proses antara bahan-bahan dasar (bahan
baku), tenaga kerja, modal, mesin-mesin dan peralatan lainnya yang dipakai
dalam kegiatan produksi. Produksi bukan hanya dilakukan oleh perusahaan saja,
akan tetapi juga dilakukan oleh jenis usaha lainnya seperti dalam usaha pertenunan sutera. Secara ekonomi, produksi untuk
menghasilkan output. Untuk memahami pengertian produksi maka berikut ini
dikemukakan beberapa pengertian produksi menurut para ahli :
Dalam Kamus
lengkap ekonomi (1997: 525) Produksi adalah tindakan mengkombinasikan
faktor-faktor produksi (tenaga kerja,modal,dll) oleh perusahaan untuk
memproduksi output barang-barang dan jasa-jasa.
Produksi
menurut yang dikemukakan Pracoyo (2006:147) adalah Produksi adalah suatu proses
merubah kombinasi berbagai input menjadi output. Produksi tidak hanya terbatas
pada proses pembuatan saja, tetapi juga penyimpanan, distribusi, pengangkutan,
pengemasan kembali hingga pemasarannya. Istilah produksi berlaku untuk barang
dan jasa.
Sementara
menurut Putong (2003:100) bahwa “Produksi atau memproduksi adalah menambah
kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila
memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula”. Sedangkan Soeharno
(2007:4) menyatakan bahwa “Produksi merupakan kegiatan untuk meningkatkan
manfaat suatu barang”.
Selanjutnya
menurut Habibi dan Gunadi (2005:8) mengemukakan bahwa “Produksi adalah setiap
usaha atau kegiatan manusia untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu
barang dan jasa”. Serta menurut
Assauri (2005:1) bahwa produksi adalah “segala kegiatan dalam menciptakan
barang dan jasa”. Suatu kegiatan barang agar tersedia bagi pemakai atau
konsumen disebut kegiatan produksi.
Dari
beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa produksi adalah suatu
proses atau kegiatan untuk menambah nilai atau manfaat suatu barang dan jasa. Atau bisa juga “Produksi adalah upaya atau kegiatan untuk menambah nilai
pada suatu barang”.
Arah kegiatan ditujukan kepada upaya-upaya pengaturan yang sifatnya dapat
menambah atau menciptakan kegunaan (utility)
dari suatu barang atau mungkin jasa.
Produksi
dalam usaha penenunan kain sutra
dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang meliputi pengolahan benang sutra sampai ke tahap penenunan benang menjadi kain
dengan maksud untuk menghasilkan output
dalam hal ini adalah kain sutera dengan cara memadukan berbagai faktor produksi.
Kegiatan
produksi yang dilakukan dalam usaha pertenunan
sutera
merupakan suatu proses dalam menghasilkan dan menambah nilai guna suatu barang
yang akan digunakan oleh
para konsumen sesuai dengan kebutuhannya.
b. Fungsi Produksi
Fungsi
produksi yaitu fungsi yang menunjukkan hubungan faktor produksi (input)
dengan hasil produksi (output).
Fungsi produksi menurut Soekartawi 2004: (34) menyebutkan bahwa” suatu hubungan
fisik antara masukan produksi dengan pengeluaran produksi”.
Fungsi
produksi menguraikan cara begaimana berbagai masukan (input) dapat digabungkan
untuk menghasilkan jumlah produk yang telah direncanakan, jadi merupakan
hubungan teknis antara perpaduan input dengan produk. Dengan demikian, tampa
adanya masukan maka produkpun tidak akan berlangsung dan produk yang
direncanakan tidak akan terjadi.
Fungsi
produksi merupakan istilah yang yang menyatakan hubungan fisik berbagai faktor
produksi input dengan produk yang dihasilkan output. Hal ini berarti bahwa
untuk menghasilkan suatu produk maka diperlukan berbagai faktor produksi.
Fungsi
produksi adalah merupakan fungsi yang menjelaskan hubungan antara faktor-
faktor produksi yang digunanakan dengan produk yang dihasilkan
Sudarsono (1989 : 99) mengemukakan bahwa
fungsi produksi hubungan teknik yang menghubungkan antara produksi yang disebut
masukan ( input) dan hasil produksi yang disebut output. Pengertian tersebut
diatas menekankan atau
Produksi
suatu proses perpaduan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga
kerja, modal dan skiil untuk menghasilkan produk. Tampa adanya masukan atau
input maka porses produksi tidak akan berlangsung dan
produk
output tidak akan terjadi. Menurut Soekartawi,(2003:40) antara input dan output
dapat di gambarkan dalam grafik dibawah ini:
Hubungan
PR, PT, PM, dan EP
Penjelasan
terhadap PM akan lebih berguna bila kaitkan dengan produk rata-rata (PT atau
AP/average product) dan produk total (PR
atau TP/total product). Dengan mengaitkan PM, PR, dan PT maka hubungan antara
input dan output akan lebih informatif, artinya dapat diketahui elastisitas
produksinya (EP) .
Y
Hasil
produksi B
PT
1> EP > 0
1 >
Ep > Ep < 1
Kenaikan
hsil
Kenaikan hasil Kenaikan hasil
bertambah berkurang negatif
A B
PR
MR X fator produksi
Gamabr
II.1 Hubungan antara PT, PM, dan PR MP
x Faktor produksi
Soekartawi ( 2003:40)
Gambar.
menunjukkan tahapan proses produksi komoditas pertanian sebagai berikut :
1)
Tingkat produksi antara titik 0 – A,
dengan penambahan pemakaian input, maka PT bertambah atau naik dengan mengikuti
increasing return sampai titik balik,
yaitu titik A, nilai PM juga naik dan
akan mencapai nilai maksimal di titik A, PR
semakin tinggi atau naik dengan adanya penambahan pemakaian input. Besarnya
elastisitas produksi pada titik produksi ini > 1 karena PM > PR.
2)
Tingkat produksi di titik A, titik ini
merupakan titik balik kurva PT dari bentuk increasing
ke bentuk decreasing. Besarnya
elastisitas produksi > 1 karena PM >
PR.
3)
Tingkat produksi antara titik A - B,
bila penggunaan input diteruskan, PT cenderung
decreasing return setelah melewati
titik balik A. PM terus menurun
setelah mencapai titik maksimal di titik A. PR
meningkat terus sampai mencapai maksimal di titik B. Besarnya elastisitas
produksi > 1 karena besarnya PM >
PR.
4)
Tingkat produksi di titik B, pada
tingkat produksi ini PR mencapai
maksimal dan nilai PR sama dengan
nilai PM. Besarnya elastisitas
produksi = 1.
5)
Tingkat produksi antara titik B dan C,
bila penggunaan input terus ditambah, besarnya PT terus meningkat sampai mencapai maksimal di titik C. Kurva
produksi mengikuti decreasing return.
PM terus menurun nilai dan mencapai
nol di titik C. Demikian juga dengan nilai PR
terus menurun setelah mencapai maksimal di titik B. Besarnya elastisitas
produksi 0 < EP < 1, PR > PM.
6)
Tingkat produksi di titik C, kurva PT
mencapai maksimal. Pada tingkat produksi ini nilai PT = 0. Besarnya EP = 0.
7)
Tingkat produksi setelah di titik C,
Kurva PT menurun setelah mencapai
maksimum di titik C. Besarnya PM terus
menurun dan mempunyai nilai negatif karena tambahan komoditasnya negatif.
Besarnya PR terus menurun dan bila
diteruskan maka nilai PR akan semakin
kecil. Nilai PR tidak mungkin mencapai
negatif, tetapi secara teoretis bisa mencapai nol.
Elastisitas produksi (Ep) komoditas pertanian merupakan persentase perbandingan dari
hasil produksi atau ouput sebagai akibat dari persentase perubahan dari input
atau faktor produksi, atau dengan kata lain persentase perubahan hasil atau
produk pertanian dibandingkan dengan
persentase perubahan input atau korbanan. Elastisitas produksi pertanian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
ΔY ΔX
Ep = ------- /-------, atau …………………………………………(II.1)
Y
X
ΔY X
= ------ /-------
………………………………………………. (II.2)
ΔX Y (Soekartawi, 2003:40)
ΔY
------- x 100 %
……………………………………………….( II.3)
Y
Y
Ep
= ------------------- ……………………………………………( II.4)
ΔX
------- x 100 %
X
di mana :
ΔY = perubahan hasil produksi komoditas pertanian
Y = hasil produksi komoditas pertanian
ΔX = perubahan penggunaan faktor produksi
X = faktor produksi
Menurt Rahardja, Manurung, (2004 :
118) perubahan output karena perubahan
skala penggunaan produksi ( Return to
Scale ) perubahan output karena perubahan skala penggunaan produksi Return to Scale adalah konsep yang ingin
menjelaskan seberapa besar output berubah bila jumlah faktor produksi dilipat
gandakan ( doubling).
a.
Skala hasil menaik ( Increasing Return to Scale)
Jika penambahan faktor
produksi sebanyak 1 unit menyebabkan output meningkat lebih dari satu unit,
fungsi produksi memiliki karakter skala hasil menaik (increasing retun to sckale).
mesin E
D
C Q80
B Q50 A Q40
Q20
Q10 tenaga kerja
Gambar II.2 Skala hasil menaik (Rahardja Manurung,
2004:118)
Pada
Gambar II.2 menunjukkan perubahan output karena perubahan skala penggunaan
produksi ( Return to scale) perubahan
output karena perubahan skala penggunaan produksi Return to scale adalah konsep yang ingin menjelaskan seberapa besar
output berubah bila jumlah faktor produksi dilipat gandakan (doubling).
Gambar
II.3 menunjukkan bila penggunaan mesin dan tenaga kerja dilipat gandakan,
output meningkat lebih dari dua kali lipat. Pencapaian hasil ini dimungkinkan
antara lain karena kemanpuan manajemen dalam menangani produksi skala besar,
ada sinerja antara mesin dan tenaga kerja
b.
Skala hasil konstan ( Konstan Return to Scale)
Jika dilipat gandakan faktor produksi
penambahan output sebanyak dua kali lipat, fungsi produksi memiliki karakter
skala hasil konstan ( Constan Return to
Scale),.
Mesin
Q40
Q30
Q20
Q10
Tenaga kerja
Gambar
II.3 Skala Hasil Konstan ( Rahardja
Manurung, 2004 : 119)
Gambar II.3 Gambar ini menunjukkan jika dilipat
gandakan faktor produksi penambahan output sebanyak dua kali lipat juga fungsi
produksi memiliki karakter skala hasil konstan( Return To Scale)
c.
Skala Hasil Menurun ( Return to Scalae)
Jika penambahan 1 unit
faktor produksi menyebabkan output bertambah kurang dari satu unit, fungsi
produksi memiliki karakter skala hasil menurun (decreasing return to scale)
Mesin
Q25
Q20
Q10
Tenaga kerja
Gambar
II.4 Skala hasil menurun (Rahardja
Manurung, 2004 : 119)
Gamabar
ini menunjukkan fungsi produksi memiliki karakter skala hasil menurun (Decreasing Return to Scale)
Produksi
suatu proses perpaduan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga
kerja, modal dan skiil untuk
menghasilkan produk. Tampa adanya masukan atau input maka porses produksi tidak
akan berlangsung dan produk output tidak akan terjadi.
c.
Faktor-Faktor Produksi
Faktor
produksi adalah kegiatan yang melakukan proses, pengolahan dan mengubah
faktor-faktor produksi dari yang tidak/kurang bermanfaat jadi memiliki nilai
manfaat yang lebih. Dalam proses produksi, diperlukan berbagai macam faktor
produksi yang berbeda namun saling berkaitan antara satu sama lain.
Faktor produksi
adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi
kebutuhan manusia. Hasil yang maksimal dari proses produksi akan tercapai jika
produsen memperhatikan bagaimana mengkombinasikan faktor produksi dengan
optimal.
Menurut munarfah (2007:43)
berdasarkan hubungan dengan tingkat
produksi, faktor produksi, faktor produksi dapat dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan
faktor produksi variabel (variabel) input. Faktor produksi tetap adalah faktor
produksi yang jumlahnya penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi.
Ada tidaknya produksi,faktor produksi itu tetap
ada, misalnya mesin-mesin sedangkan faktor produksi variabel adalah
faktor produksi tergantung pada tingkat produksinya.
Menurut
Daniel (2002:52) “Faktor produksi adalah faktor yang mutlak diperlukan dalam
proses produksi”. Faktor produksi terdiri dari tanah, modal, tenaga kerja dan
manajemen atau skill.
1. Modal
Faktor
produksi modal adalah setiap barang yang digunakan dalam kegiatan produksi
untuk menghasilkan barang dan jasa.
Menurut Sukirno (2000:5) mengemukakan bahwa “modal adalah
segala barang yang diciptakan oleh manusia dengan tujuan untuk menghasilkan
barang-barang yang lain atau jasa yang akan digunakan untuk proses produksi.”
Sedangkan Von Bohm Bawerk dalam
Daniel (2002:74) bahwa “Modal atau capital adalah segala jenis barang yang
dihasilkan dan dimiliki masyarakat, disebut dengan kekayaan masyrakat”.
Selanjutnya menurut Sukirno (2000:5) mengemukakan
bahwa “Modal adalah segala barang yang diciptakan oleh manusia dengan tujuan
untuk menghasilkan barang-barang yang lain atau jasa yang akan digunakan untuk
proses produksi”.
Faktor
produksi modal dapat dibagi sebagai berikut:
a) Menurut
jenisnya
·
Modal barang (capital goods), yaitu modal berupa barang yang digunakan dalam
kegiatan produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
·
Modal uang (money capital), yaitu modal berupa uang yang mempunyai daya beli
dan dapat digunakan untuk membeli faktor-faktor produksi lainnya.
·
Modal property (property capital), yaitu modal dalam bukti kepemilikan hak seperti
saham, obligasi dan surat berharga.
b) Menurut
bentuknya
·
Modal nyata, yaitu modal berupa barang
yang dapat dilihat dan dipergunakan dalam proses produksi.
·
Modal abstrak, yaitu modal yang tidak
dapat dilihat tetapi dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam proses
produksi.
c) Menurut
sifatnya
·
Modal lancar, yaitu modal berupa
barang-barang, alat-alat atau persediaan yang habis sekali pakai dalam masa
satu tahun atau siklus perusahaan.
·
Modal tetap, yaitu modal yang tidak
habis dalam satu kali pakai atau dalam satu siklus perusahaan.
d) Menurut
fungsinya
·
Modal pribadi, yaitu modal yang berasal
dari perseorangan yang dapat memberikan keuntungan bagi pemiliknya.
·
Modal masyarakat, yaitu modal yang
dimiliki oleh masyrakat seperti jalan raya, rumah sakit dan lain-lain.
e) Menurut
resikonya
·
Modal sendiri, yaitu modal yang berasal
dari pemilik suatu usaha. Modal ini ditanggung penuh oleh pemiliknya.
·
Modal asing, yaitu modal yang berasal
dari pihak lain.
2. Tenaga Kerja
Tenaga
kerja adalah kontribusi terhadap aktivitas produksi yang diberikan oleh para
pekerja, baik dengan menggunakan otot maupun otak. Tenaga kerja merupakan
faktor produksi yang mutlak diperlukan dalam setiap produksi walaupun
akhir-akhir ini banyak proses produksi menggunakan mesin atau robot yang bisa
menggantikan peran tenaga kerja. Oleh sebab itu, perhatian kepada para tenaga
kerja haruslah besar dan sungguh agar bisa menciptakan proses produksi yang
efisien dan efektif.
Menurut
Daniel (2002:86), “Tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak
manusia, yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha
produksi”.
Menurut Setianing (2006:19), ”Pengertian tenaga kerja
secara mikro adalah orang yang tidak saja mampu melakukan kerja,tetapi juga
secara nyata menyumbangkan potensi kerja yang dimilikinya kepada lingkungan
kerjanya dengan menerima upah berupa barang atau uanga. Sedangkan pengertian
tenaga kerja secara makro adalah setiap yang mampu melakukan pekerjaan baik
didalam maupun di luar hubungan kerja guna menghsilkan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.”
Tenaga
kerja dapat dibedakan menjadi:
1. Menurut
sifatnya
1) Tenaga
kerja jasmani adalah tenaga kerja yang lebih banyak menggunakan kekuatan
jasmani dibandingkan dengan kekuatan pikiran.
2) Tenaga
kerja rohani adalah tenaga kerja yang lebih banyak menggunakan kekuatan
rohani/pikiran dibandingkan dengan kekuatan jasmani.
2. Menurut
kualitasnya
1) Tenaga
kerja terdidik (skilled labour)
adalah tenaga kerja yang yang memerlukan pendidikan terlebih dahulu.
2) Tenaga
kerja terlatih (trained labour)
adalah tenaga kerja yang memerlukan latihan seperti montir dan sopir.
3) Tenaga
kerja tidak terdidik dan terlatih adalah tenaga kerja yang tidak melalui
pendidikan atau latihan terlebih dahulu.
Dalam
usaha pertenunuan kain sutera
sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga pengusaha itu sendiri, tenaga kerja ini
merupakan sumbangan keluarga pada produksi kain sutera secara keseluruhan.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah sebagai
berikut :
a. Tersedianya
tenaga kerja
Setiap
proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja
yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga tingkatnya
optimal.
b. Kualitas
tenaga kerja
Dalam
proses produksi, apakah itu proses produksi barang-barang pertanian atau bukan,
selalu diperlukan spesialisasi. Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini
diperlukan jumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu
dan ini tersedia dalam jumlah yang terbatas. Bila masalah kualitas tenaga kerja
ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi.
c. Jenis
kelamin
Kualitas
tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam proses produksi
pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan
tertentu seperti mengolah bahan
baku benang sutera dan tenaga kerja wanita mengerjakan proses penenunan kain.
3. Skill (keahlian)
Dalam
bentuk apapun setiap usaha selalu membutuhkan keahlian dari pelaksanaanya,
seperti halnya dalam usaha pertenunan
sutera
diperlukan adanya keahlian pengrajin
dalam pengelolaannya.
Walaupun
telah tersedia modal, tenaga kerja, alam yang cukup namun belum dapat menjamin
bahwa produksi yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Faktor alam, tenaga
kerja, dan modal tidak akan dilakukan dengan sendiri-sendirinya untuk menghasilkan suatu barang. Oleh karena
itu suatu hal yang tidak terabaikan dalam membicarakan mengenai faktor produksi
adalah skill (keahlian).
Mengenai
skill dimaksudkan sebagai kemampuan dan kecakapan untuk mencapai suatu usaha
yang dilakukan dalam proses produksi. Teknologi skill merupakan yang dimiliki
oleh manajer, tenaga kerja dalam kaitannya dengan penggunaan alat-alat produksi
yang bersifat teknis. Sedang organization skill merupakan keahlian dalam
mengatur hubungan kerja sama antar sesama kelompok yang terlibat dalam kegiatan
produksi maupun masyarakat yang berkepentingan dengan hasil-hasil produksi dari
usaha penenunan sutera
yang dikelola.
Untuk
terlaksananya kegiatan produksi dengan baik, ketiga faktor produksi tersebut diatas
sangat dibutuhkan. Ketiga
faktor tersebut dikombinasikan dengan
faktor –faktor penunjang lainnya untuk menghasilkan
produksi kain sutera yang
bermutu.
Adapun faktor penunjang yang lainnya adalah:
1. Benang sutera
Menurut Atmosoedarjo (2000:201) benang sutera adalah
produk akhir dari kokon dan merupakan bahan baku bagi pertenunan,perajutan,
yang selanjutnya merupakan bahan baku pembuatan kain sutera. Benang sutera yang
baik adalah benang sutera yang dapat menghasilkan kain sutera yang baik pula.
Hal itu dapat dilihat dari hasil akhir dari kain yang bebas dari cacat kain.
2. Tingkat
pendidikan
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat merupakan salah satu indikator keadaan sosial ekonomi. Semakin
tinggi tingkat pendidikan semakin mudah untuk menerima inovasi- inovasi baru
atau perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat diwilayah tersebut. Hubungannya dengan produksi kain sutera pendidikan
memiliki hubungan yang sangat erat dimana dengan pendidikan pengusaha kain
sutera dapat mampu berinovasi dengan motif-motif baru atau dengan
peralatan-peralatan tenun yang lebih moderen.
3. Pengalaman usaha
Perlu kita ketahui bahwa sebagian
besar pengrajin kain sutera
adalah orang-orang dengan pendidikan yang sangat rendah bahkan ada di antara mereka yang tidak pernah mengenyang pendidikan. Sebagian
besar dari mereka hanya belajar dari pengalaman saja karena itu pengalaman
merupakan hal yang menentukan apakah seorang pengrajin kain sutera mampu atau tidak
mengatasi berbagi kendala dan hambatan yang merintangi usahanya.
4.
Umur
Pengrajin
Umur merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas
karena semakin tua seseorang semakin menurun pula kinerjanya sehingga berimbas
kepada produktivitas mereka dalam suatu masa kerja tenaga kerja berada pada
usia produktif mempunyai kondisi fisik yang optimal yang sangat menentukan
keberhasilan produksi.
d. Produksi Kain
Sutera
Kegiatan pengembangan persuteraan di Kabupaten Wajo dapat
ditemui disemua kecamatan yang ada namun produksi benang sutera terkonsentrasi
di kecamatan sabbangparu dan daerah pengembangannya tersebar di Kec. Majauleng,
Kec. Tempe, Kec. Bola. Sedangkan sentra industri pertenunan sutera terdapat di
kec. Tanasitolo dan daerah pengembangannya tersebar di kec.tempe,kec.majauleng,
dan kec.pammana.
Kegiatan pengembangan persuteraan baik industri hulu yang
meliputi persuteraan alam dengan penanaman tanaman murbey, pemeliharaan ulat
sutera dan produksi kokon serta industri hilir yang meliputi pemintalan benang
sutera,penenunan kain sutera,hingga pengembangan deversifikasi produk asal sutera
dapat di jumpai di kabupaten Wajo.
Industri penenunan sutera merupakan kegiatan yang paling
banyak digeluti oleh pelaku persuteraan di Kabupaten Wajo, hal ini
dilatarbelakangi oleh produk kain sutera yang dihasilkan mempunyai nilai
kegunaan yang dipadukan dengan nilai estetika budaya setempat. Perpaduan nilai
tersebut menghasilkan karakteristik yang tersendiri mencirikan produk kain
sutera khususnya sarung khas sengkang.
Dalam proses produksinya pengrajin lebih banyak
menggunakan alat pertenunan tradisional, alat tenun bukan mesin (ATBM) dan pengembangannya, namun melalui teknik,
inovasi dan kerja keras yang dimiliki pengrajin mampu menghasilkan produk yang
berkualitas tinggi bahkan memiliki nilai lebih dibandingkan dengan produk mesin
dan alat pertenunan modern.
e.
Fungsi Produksi
Menguraikan
cara bagaimana berbagai masukan (input) dapat digabungkan untuk menghasilkan
produk yang telah direncanakan jadi fungsi produksi yaitu fungsi yang menunjukkan hubungan
antara hasil
produksi (output) dengan faktor produksi (input)
Soekartawi
(2002:17) mengemukakan bahwa: “Fungsi produksi
adalah hubungan
fisik antar variabel yang dijelaskan (Y) dan
variabel yang menjelaskan (x).yang dijelaskan biasanya berupa output dan
variabel yang menjelaskan biasanya berupa input”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
fungsi produksi merupakan hubungan antara berbagai output dan input dalam
proses produksi dimana jumlah barang
produksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan.
Untuk
mengatahui hubungan antara input dan output dalam penelitian ini digunakan
fungsi produksi Cobb Douglas.
Fungsi produksi cobb douglas pertama kali
diperkenalkan oleh Cobb,C.W dan Douglas,P.H pada tahun 1982 melalui artikelnya
yang berjudul A Theory of production. Artikel ini dimuat pertama
kalinya di majalah ilmiah American
economic review 18. Sejak itu fungsi Cobb Douglas dikembangkan oleh para
peneliti sehingga namanya bukan saja “fungsi produksi” tetapi juga yang lain,
yaitu “fungsi Biaya Cobb Douglas” dan “fungsi keuntungan Cobb Douglas” hal ini
menunjukkan indikasi bahwa fungsi Cobb Douglas dianggap penting.
Fungsi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu
disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut
variabel independen, yang menjelaskan (X). penyelesaian hubungan antara Y dan X
adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh
variasi dari X (Soekartawi, 2002:153). Secara matematik, fungsi Cobb Douglas
dapat dituliskan seperti di bawah ini:
Y= b0X1b1X2b2………….Xibi
Xn bn eu ……………………………………….(II.5)
Dimana
:
Y : Variabel yang dijelaskan
X : Variabel yang menjelaskan
bo
dan b1 : besaran yang akan diduga
u : Kesalahan acak
e : logaritma natural e
=2,718
Hubungan Y dan X adalah searah, dimana X akan selalu
mempengaruhi Y dan tidak mungkin terjadi hal yang sebaliknya dan untuk
memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas, maka persamaan tersebut diubah
menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan Dalam bentuk double
log (Ln),seperti dibawah ini :
LnY
= Lnβ0+β1LnX1+β2LnX2+…βn
LnXn+u e……………………………( II.6)
1. Return
to Scale (RTS) perlu diketahui untuk mengetahui apakah
kegiatan dari suatu usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah Increasing, Constant, atau Decreasing Return to Scale .kalau
persamaan ( II.1) dipakai untuk menjelaskan hal ini maka jumlah besaran
elastisitas b1 dan b2 adalah lebih besar dari nol dan lebih kecil atau
sama dengan satu. Bila demikian bahwa berlaku anggapan bahwa terjadi adanya Increasing (RTS) pada kegiatan usaha yang diteliti tersebut.
Anggapan demikian biasanya dikenal dengan istila sesuai dengan kejadian yang sebenarnya dialami,
dimana setiap pengusaha/pengrajin
selalu mengharapkan tambahan unit output yang lebih besar di bandingkan dengan
tambahan unit input yang mereka pakai
Berdasarkan
persamaan (II.1)dapat dituliskan
Increasing = β1+β2 + βn <
1 ……………………………………………....( II.7)
Decreasing =
β1+β2 + βn > 1………………………………………………..(II.8)
Dengan
demikian kemungkinan ada tiga alternatif
yaitu
1<
b1 + b2 <
1…………………………………………………………………( II.9)
Ada
tiga alasan pokok mengapa fungsi Cobb Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti yaitu:
a. Penyelesaian
fungsi Cobb Douglas relatif lebih muda dibandingkan dengan fungsi yang lain dan
fungsi Cobb Douglas dapat dengan muda ditransfer kebentuk linear
b. Hasil
pendugaan melalui fungsi Cobb Douglas akan menghasilkan koefesien regresi yang
sekaligus juga menunjukkan besaran elastisistas.
c. Besaran
elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran Return to Scale
B. Kerangka Pikir
Tujuan utama pembangunan UKM adalah untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan pengrajin kain
sutera.
Usaha peningkatan produksi dan pendapatan pengrajin ini tidak terlepas dari
bantuan pemerintah yaitu adanya penyuluhan tentang cara pengolahan industri kecil yang membahas tentang produksi kain sutera.
Untuk variabel yang pokok diteliti dalam
penelitian adalah faktor- faktor produksi yang tersedia terhadap peningkatan
hasil produksi kain sutera
Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo.
Untuk meningkatkan produksi kain sutera dibutuhkan kombinasi
faktor-faktor
produksi. Dalam penelitian ini peneliti
meneliti lima
variabel yang mempunyai pengaruh terhadap produksi kain sutera Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo. Lima variabel tersebut
antara lain tenaga kerja, umur, jumlah benang yang digunakan, tingkat pendidikan, pengalaman usaha.
Kelima
variabel tersebut dianggap
berpengaruh terhadap hasil produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.
|
|
|
|||
|
|
2.
Tenaga kerja
Gambar Karangka 8. Skema
Karangka Pikir
Dari skema diatas nampak bahwa hasil
produksi kain sutera
dengan variabel – variabel yang ada mempunyai hubungan timbal balik dimana
dengan adanya variabel- variabel independen tersebut maka hasil produksi kain sutera kecamatan tanasitolo mengalami peningkatan.
C.
Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji kebenarannya dapat dirumuskan sebagai berikut
di duga bahwa,tenaga kerja, jumlah
benang yang digunakan, tingkat
pendidikan, pengalaman usaha mempunyai pengaruh positif terhadap hasil produksi
kain sutera, sedangkan
umur pengrajin memiliki pengaruh negatif terhadap produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.
BAB III
METODE
PENELITIAN
1. Variabel
Penelitian
Dalam penelitian yang menjadi
variabel bebas adalah Bs
(β1),
Tk (β2), Tpend (β3), Pus (β4),Umr (β5), variabel terikatnya disini adalah
peningkatan produksi kain suter (PKS)
2.
Desain Penelitian
Desain penelitian variabel yang akan diteliti berdasarkan model yang
dijadikan desain penelitian merupakan
rancangan atau cara untuk melaksanakan penelitian dalam rangka memperoleh data
yang dibutuhkan penelitian ini adalah penelitian lapangan yang ditunjang dan
didasari dengan pengkajian pustaka dari beberapa sumber seperti buku dan
internet. Studi lain yang dapat dilakukan adalah pengkajian secara praktis dan
imperik yang bertujuan untuk mengumpulkan data primer dan data skunder dan
kemudian data diolah.
|
Gambar III.1 : Skema Desain Penelitian
B.
Definisi
Operasional
Untuk memperoleh
gambaran yang jelas tentang variabel yang akan diteliti dalam penelitian, maka
secara operasional memberikan batasan sebagai berikut:
Produksi kain sutera sebagai hasil akibat
bekerjanya faktor- faktor produksi, baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Tenaga
kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam satu musim budidaya
rumput laut yang diukur dengan jumlah
jiwa (jiwa)
2. Benang Sutera adalah jumlanh benang yang digunakan dalam
satu proses produksi kain sutera yang diukur dengan satuan kilogram ( kg)
3. Tingkat
pendidikan adalah lama pendidikan formal pengrajin kain sutera.(tahun).
4. Pengalaman
usaha produksi adalah
lama berusaha dalam kegiatan produksi
kain sutera yang diukur dengan tahun (tahun)
5. Umur pengrajin adalah lama hidup pengrajin yang dihitung
dengan hitungan usia (tahun)
C.
Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Dalam penelitian ini
yang menjadi populasi adalah seluruh pengusaha kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo yang berjumlah 131 unit
usaha.
2.
Sampel
Populasi diatas, maka penarikan sampel
sebesar mengacu pada pendapat yang
dikemukakan oleh Arikunto (1998:112), bahwa: ”jika jumlah subjeknya lebih dari
100 dapat diambil 10-15% atau 20-25%”.
Berdasarkan hal
tersebut maka peneliti mengambil sampel sebanyak 39
unit usaha atau 10%
dari jumlah populasi dengan melakukan
penarikan sampel secara acak sederhana (simple random sampling).
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data berupa:
1.
Observasi
Dengan observasi
peneliti mengamati secara langsung kegitan yang dilakukan oleh penrajin kain sutera seperti cara menenun benang , jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Teknik
ini digunakan sebagai langkah awal dalam perencanaan penelitian
2.
Wawancara
kegiatan yang dilakukan peneliti dengan teknik
wawancara ini adalah mewawancarai secara langsung pengrajin kain sutera yang menjadi responden
dalam hal ini apapun yang menyangkut rupa jumlah produksi, jumlah tenaga kerja,
3. Dokumentasi
Kegiatan yang dilakukan
peneliti terkait dengan teknik dokumentasi ini adalah mengumpulkan data-data
melalui keterangan secara tertulis mengenai apa yang diteliti. Data-data
tersebut dapat diperoleh kantor desa setempat, kantor BPS, dan lembaga-lembaga
lain yang terkait dengan data yang dibutuhkan.
A.
Teknik
Analisis Data
1. Untuk mengetahui
sejauh mana faktor
- faktor yang mempengaruhi hasil produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo maka digunakan fungsi Cobb Douglas secara matematik dapat
dituliskan sebagaimana yang telah dikemukakan.
PRL= β0 Tkβ1
Bsβ2
Atenβ3
Tpendβ4
Pusβ5 ℮…………………………………(III.1)
Untuk menggunakan model persamaan
(III.I) maka persamaan tersebut diubah menjadi lenier berganda dengan melogaritmakan dengan cara double log sebagai
berikut:
PRL = β0 + β1 LnTk +
β2 LnBs
+ β3 LnAten + β4 LnTpend + β5 LnPus + ℮……………………………………….(III.2)
Keterangan
:
PKS = produksi kain sutera
(m)
β0 = konstanta
Tk =
tenaga kerja ( jiwa )
Bs = benang sutera
(kg)
Aten =
alat tenun (unit)
Tpend =
tingkat pendidikan (tahun )
Put =
pengalaman usaha produksi kain sutera (tahun)
β0, β1, β2, β3, β4,β5 = koofesien regresi
variabel bebas
eu=
e yang dipangkatkan dengan u atau error termas
uji hipotesis
untuk
mengkaji keberartian model regresi maka dilakukan dua tahap yaitu uji f dan uji
t
uji f pada tabel anavar
dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel babas dari hasil produksi kain sutera faktor- faktor
produksi diatas sama mempunyai pengaruh
secara bersama-sama yaitu:
Ho
: βi (i = 1,2,3,4,5,6,7,) = 0
Artinya tidak terdapat pengaruh secara
bersama-sama variabel indipenden ke -i terhadap variabel dependen (produksi
hasil produksi kain sutera
di Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo).
H1
: Sekurang-kurangnya satu nilai β tidak sama dengan nol artinya terdapat
pengaruh variabel independen ke –i secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Kriteria
pengujian adalah jika H0 ditolak dan H1 diterima, jika
nila f hitung >
F tabel pada taraf α : 0.05
artinya variabel indevenden (tenaga kerja, Benang sutera, mesin tenun, tingkat pendidikan,
pengalaman usaha produksi
sutera),
berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap (hasil produksi kain sutera) sebaliknya jika F hitung < dari nilai
F tabel, maka H0 diterima dan menolak H1 yang
berarti ke-i secara bersama-sama
tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
dependen ( hasil produksi kain sutera)
Uji
t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara individu variabel bersama sama
berpengaruh terhadap hasil
produksi kain sutera.
Ho
: βi ( i = 1,2,3,4,5,6,7,) = 0 artinya tidak terdapat pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen ( produksi hasil kain sutera)
HI : βi ≠ 0 = artinya terdapat
pengaruh veriabel independen secara individu terhadap variabel dependen(
produksi hasil kain sutera)
Kriteria
pengujian keputusan adalah jika t hit > t tabel maka H0 ditolak
dan menerima H1 yang berarti variabel independen ke-i secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen,
sedangkan jika t hit > t tabel, maka H0 diterima dan menolak H1
yang berarti variabel indipenden ke-i
secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
-
Ketepatan Model
Ketepatan
model dihitung melalui koefisien determinasi (R2). R2 digunakan untuk menunjukkan sampai seberapa besar variasi variabel dependen dijelaskan variabel
independen.
R2 =1-
Atau
R2 =
Dimana
R2 : koefisien determinasi
TSS : total jumlah kuadrat
RSS : residual jumlah kuadrat yang tidak dapat
dijelaska
ESS : jumlah kuadart yang dapat dijelaskan
2
. salanjutnya untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatu usaha yang diteliti
tersebut mengikuti kaidah Increasing,
Constant, atau Decreasing Return to Scale dengan rumus yaitu:s
a.
Decreasing
Return to Scale (β1+β2 +β3 +
β4 + β5β6 + β7) <
1 dalam keadaan demikian dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor
peoduksi melebihi proporsi penambahan produksi kain sutera ( tenaga kerja, benang sutera,mesin tenun, tingkat
pendidikan, dan pengalaman usaha
produksi kain sutera)
b.
Constant
Return To Scale β0 +β1+β2 +β3
+ β4 + β5 = 1 dalam keadaan demikian penambahan
faktor produksi akan proporsional dengan penambhan produksi yang diperoleh.
Bila faktor produksi ditambah 25 %, maka produksi akan bertambah juga sebesar
25%.
c.
Increasing
Return to Scale, bila β1+β2 +β3
+ β4 + β5 β6
+ β7 = > 1 ini artinya bahwa proporsi penambahan
faktor produksi yang proporsinya lebih besar jika faktor produksi ditambah 10 % maka produksi kain sutera bertambah 2
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran
Umum Kecamatan Tanasitolo
1. Keadaan Geografis
Kecamatan tanasitolo merupakan salah satu kecamatan yang terletak diwilayah Kabupaten Wajo pada bagian utara.
Kecamatan ini berjarak ± 6KM dari pusat
kota sengkang dengan jarak
tempuh ±20 menit perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor dan secara umum
alat transportasi masyarakat yang digunakan adalah motor dan mobil. Luas
wilayah Kecamatan Tanasitolo
154,60 Km2 atau 6,17% dari luas kabupaten Wajo, dengan
batas – batas wilayah sebagai berikut, Sebelah
utara berbatasan dengan Kecamatan
Maniangpajo, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tempe, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Majauleng,dan sebelah barat berbatasan
dengan Kecamatan Belawa.
Jika
dilihat dari Topografinya Kecamatan
Tanasitolo
mempunyai kemiringan lahan cukup bervariasi mulai dari datar, bergelombang
hingga berbukit. Sebagian besar wilayahnya tergolong datar dengan kemiringan
lahan/lereng 0 – 2 % atau sekitar 84 % dari luas wilayah
Kecamatan Tanasitolo, sedangkan lahan datar hingga bergelombang dengan
kemiringan / lereng 3 – 15 % sebanyak 8,43% luas wilayah Kecamatan Tanasitolo, lahan yang berbukit
dengan kemiringan / lereng diatas 16 – 40 % sebanyak 5,50 %
luas wilayah Kecmatan Tanasitolo dan kemiringan lahan diatas 40 %
(bergunung) hanya 1,32% luaa wilayah Kecamatan
Tanasitolo.
2. Administrasi
Secara administrasi Ibu kota Kecamatan Tanasitolo adalah Tancung. Dalam
pembagian wilayah, Kecamatan Tanasitolo memiliki 4 (empat) wilayah Kelurahan yakni kelurahan Tancung, Kelurahan Baru
Tancung, Kelurahan Pincengpute dan Kelurahan Mapadaelo sedangkan jumlah desa sebanyak 15 (lima belas) wilayah yakni desa inalipue, Desa Mannagae, Desa Tonralipue, Desa
Ujunge, Desa Pajalele, Desa Nepo, Desa Palippu, Desa Wajoriaja, Desa Assorajang,
Desa Mario, Desa Lowa, Desa Waetuo, Desa Wewangrewu, Desa Pakkanna, Desa Ujung
Baru.
3. Penduduk, Mata Pencaharian, Dan Produksi
a.
Penduduk
Dalam kehidupan bermasyarakat peneliti melihat dan
meninjau rasa persaudaraan dan nilai gotong royong yang dimiliki warga
Kecamatan Tanasitolo. Belum lagi masalah pendidika, di mana ada beberapa desa
dan dusun yang dimana masyarakatnya kurang dan sama sekali tidak pernah
menduduki bagku sekolah karena menurut cerita mereka pendidikan itu hanya menghabiskan biaya sedangkan
kebutuhan hidup primer sudah harus dipenuhi secepatnya dengan cara menghabiskan
waktu untuk memproduksi kain sutera, selain masalah biaya masyarakat juga masih
percaya akan adat istiadat nenek moyang.
Dari data Demografi yang disajikan bahwa jumlah KK
(kepala keluarga) yang bermukim di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo adalah
seperti tabel di bawh ini.
Tabel 2.
Jumlah Penduduk Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo dirinci menurut kepala keluarga,
tahun 2011
No
|
Desa/Kelurahan
|
|
|
KK (kepala keluarga)
|
Jumlah Jiwa
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
||||
1
|
Kelurahan Tancung
|
1.175
|
1.315
|
699
|
2.490
|
2
|
Kelurahan Baru Tancung
|
881
|
925
|
458
|
1.806
|
3
|
Kelurahan Pincengpute
|
1.330
|
1.483
|
668
|
2.813
|
4
|
Kelurahan Mappadaelo
|
1.021
|
1.208
|
625
|
2.229
|
5
|
Desa Inalipue
|
1.135
|
1.303
|
703
|
2.438
|
6
|
Desa Managae
|
1.028
|
1.239
|
630
|
2.267
|
7
|
Desa Tonralippu
|
320
|
368
|
164
|
688
|
8
|
Desa Palipue
|
687
|
818
|
397
|
1.505
|
9
|
Desa Ujunge
|
1.004
|
1.070
|
505
|
2.076
|
10
|
Desa Pajalele
|
747
|
861
|
422
|
1.608
|
11
|
Desa Nepo
|
812
|
905
|
441
|
1.717
|
12
|
Desa Wajoriaja
|
991
|
1.046
|
620
|
2.037
|
13
|
Desa Lowa
|
668
|
675
|
346
|
1.343
|
14
|
Desa Assorajang
|
1.868
|
2.127
|
980
|
3.995
|
15
|
Desa Pakkanna
|
1.275
|
1.482
|
603
|
2.757
|
16
|
Desa Ujung Baru
|
654
|
735
|
312
|
1.389
|
17
|
Desa Waetuwo
|
1.457
|
1.613
|
855
|
3.070
|
18
|
Desa Wewangrewu
|
942
|
997
|
468
|
1.939
|
19
|
Desa Mario
|
731
|
846
|
470
|
1.577
|
Jumlah
|
18.726
|
21.016
|
10366
|
39.744
|
Sumber: Kecamatan
Dalam Angka Tahun 2010.
Sedangkan data penduduk Kecamatan
Tanasitolo berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo dirinci menurut jenis kelamin, tahun 2011
No
|
Jenis kelamin
|
Jumlah jiwa
|
Persentase (%)
|
1.
|
Laki-laki
|
18.726
|
47.12
|
2.
|
Perempuan
|
21.016
|
52.88
|
Jumlah
|
39.744
|
100,00
|
Sumber: Kecamatan
Dalam Angka Tahun 2010
Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah
penduduk dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak yakni sekitar 21.016
jiwa atau 52,88 persen dari jumlah penduduk di Kecamatan Tanasitolo yakni sebesar 39.744 jiwa. Sedangkan penduduk dengan
jenis kelamin laki-laki lebih kecil jumlahnya dibanding dengan jumlah penduduk
perempuan, yakni 18.726
jiwa atau sebesar 47,12
persen dari jumlah penduduk di Desa Borongtala yakni 30.744 jiwa.
b.
Mata
Pencaharian Dan Produksi
Kondisi perekonomian suatu daerah sangatlah dipengaruhi dari
jenis bidang usaha atau mata pencaharian penduduknya. Mata pencaharian penduduk
kecamatan tanasitolo kabupaten wajo secara keseluruhan pada sektor industri
dominan menggeluti bidang usaha produksi kaini sutera, adapun profesi lain
selain produksi kain sutera adalah pedagang kain sutera,nelayan,petani,pedagang
eceran dan campuran,peternak, pegawai negeri sipil,dan TNI dan POLRI.
Masyarakat Kecamatan Tanasitolo dominan melakukan proses
produksi kain Sutera baik dalam bentukkain maupun dalam bentuk sarung. Kegiatan
usaha ini banyak dilakukan di Kecmatan Tanasitolo karena selain kegiatan ini
sebagai usaha tradisi dari orang tua, juga karena di tunjuknya kecamatan
tanasitolo sebagai kecamatan pusat sutra di kabupaten wajo.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo dirinci menurut Mata Pencaharian,
tahun 2011
No
|
Mata Pencaharian
|
Jumlah
|
Persentase
|
(Orang)
|
(%)
|
||
1
|
Wiraswasta
|
10506
|
58,74
|
2
|
PNS/SWASTA
|
1285
|
7,18
|
3
|
TNI
|
525
|
2,94
|
4
|
POLISI
|
754
|
4,22
|
5
|
Nelayan
|
132
|
0,74
|
6
|
Petani
|
2781
|
15,55
|
7
|
Peternak
|
1902
|
10,63
|
Jumlah
|
17.885
|
100%
|
Sumber:
Kecamatan Tanasitolo Dakam Angka,2010
Dari tabel tersebut di atas, menunjukkan data jumlah
penduduk yang sebagian besar penduduknya hidup dari mata pencaharian sebagai
berikut yang tersebar di seluruh kelurahan dan desa yang ada di Kecamatan
Tanasitolo, dimana profesi wiraswasta yaitu 10506 orang atau sekitar 58,74%.
Dibandingkan dengan PNS/Swasta hanya berjumlah 1285 orang atau 7,18%, yang
berprofesi sebagai TNI sebanyak 525 orang atau 2,94%, profesi polisi sebanyak
754 orang atau 4,22%, serta 2781 orang yang berprofesi sebagai petani atau
15,55%, yang berprofesi sebagai peternak sebanyak 1902 orang atau (10,63%),
sedangkan profesi penduduk yang memiliki peminat yang sedikit adalah nelayan
dimana hanya ada 132 orang atau (0,74%) hal ini disebabkan karena letak
geografis kecamatan tanasitolo kurang memiliki daerah perairan.
B.
Karakteristik
responden
Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 39 orang pengrajin di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo, pada bagian ini akan dijelaskan beberapa
karakteristik responden menurut penggunaan tenaga kerja, pengalaman
usaha, penggunan Benang sutera, tingkat pendidikan pengrajin kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten
Wajo.
1. Ditribusi
responden berdasarkan penggunaan
benang sutera (Kg)
Benang sutera merupakan salah satu faktor
yang penting dalam produksi kain sutera
karena
benang merupakan bahan utama dalam menghasilkan output kain benang. Distribusi jumlah penggunaan
bibit yang digunakan oleh petani rumput laut di Desa Borongtala Kecamatan
Tamalatea dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Distribusi Responden
Menurut Penggunaan Benang Sutera
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo, 2011.
No
|
Penggunaan Benang Sutera
( kg)
|
Jumlah
(orang)
|
Persentase
(%)
|
1
|
Kurang dari 1
|
5
|
12,82
|
2
|
1 –
5
|
24
|
61,54
|
3
|
6 – 10
|
5
|
12,82
|
4
|
11 – 15
|
2
|
5,13
|
5
|
Lebih dari 16
|
3
|
7,69
|
|
Jumlah
|
39
|
100,00
|
Sumber
: Data Primer Setelah di Olah, 2011.
Tabel 5 di atas dapat dilihat
bahwa responden penggunaan benang
sutera kurang
dari 1 kg sebanyak 5 orang
atau (12,82 persen), 1 – 5 kg sebanyak 24 orang (61,54 persen), 6 – 10 kg sebanyak 5 orang (12,82 persen), 11– 15 kg sebanyak 2 orang (5,13 persen), dan lebih dari 16 kg sebanyak 3 orang atau ( 7,69 persen).
2. Distirbusi
responden berdasarkan jumlah tenaga kerja (jiwa).
Tenaga Kerja merupakan salah satu aspek terpenting dalam
melakukan proses produksi, hal ini disebabkan karena tanpa partisipasi tenaga
kerja dalam suatu kegiatan proses produksi
kegiatan produksi tidak akan berjalan maksimal.
Tabel 4.
Distribusi jumlah tenaga kerja di Kecamatan Tanasitoo
Kabupaten Wajo tahun
2011.
No
|
Tenaga kerja
(jiwa)
|
Frekuensi
( jiwa)
|
persentase
(%)
|
1
|
1 – 5
|
34
|
87,18
|
2
|
6 −10
|
1
|
2,56
|
3
|
11 keatas
|
4
|
10,26
|
Jumlah
|
39
|
100,00
|
Sumber : data Primer Setela di Olah, 2011
Tabel 4 di atas dapat dilihat responden yang
menggunakan tenaga kerja 1 − 5 orang
sebanyak 34 atau (87,18 %), responden yang menggunakan tenaga kerja 6 − 10 orang sebanyak
1 atau (2,56 %),
dan responden yang menggunakan tenag kerja lebih dari 11 orang atau lebih sebanyak 4 atau (10,26%)
3.
Ditribusi responden berdasarkan
pendidikan (tahun)
Tingkat
pendidikan merupakan salah satu indikator keadaan sosial ekonomi masyarakat.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah dalam menerima
inovasi yang terjadi pada masyarakat. Untuk mengetahui tingkat pendidikan
responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo, 2011.
No
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah responden (orang)
|
Persentase
(%)
|
1
|
Tidak Pernah
Sekolah
|
2
|
5,13
|
2
|
Tidak Tamat SD
|
4
|
10,26
|
3
|
Tamat SD
|
25
|
64,10
|
4
|
Tamat SLTP
|
2
|
5,13
|
5
|
Tamat SLTA
|
3
|
7,69
|
6
|
Tamat
perguruan tinggi S1
|
3
|
7,69
|
|
Jumlah
|
39
|
100,00
|
Sumber
: Data Primer Setalah di Olah , 2011
Tabel 6 di atas, terlihat bahwa dari 39 orang responden tedapat 2 orang yang tidak pernah sekolah dalam persen (5,13%), tidak tamat SD 4
responden atau (10,26%)responden yang tamat SD
sebanyak 25 orang atau (64,10 %), terdapat 2 orang yang tamat SLTP (5,13 %), 3 orang yang tamat SLTA (7,69 %), dan ada 3 orang
responden yang tamat perguruan tinggi (7,69 %) . Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pengrajin kain sutera Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo tergolong masih rendah.
4.
Pengalaman usaha produksi kain sutera (tahun)
Pengalaman usaha produksi kain sutera merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan dalam proses produksi kain sutera. Pengalaman kerja yang lebih
lama membuat pengrajin memilki
kemapuan dalam melakukan kegitan produksi dibandingkan dengan pengrajin yang kurang berpengalaman. Namun hal ini bukan
suatu kemutlakan bahwa pengrajin yang
berpengalaman akan lebih baik dibandingkan dengan yang kurang berpengalaman
karena terdapat faktor lain di dalam melakukakan suatu kegiatan produksi.
Untuk
lebih mengetahui karakteristik responden menurut pengalaman usaha produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Pengalaman Usaha Produksi Kain Sutera Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo, 2011.
No
|
Pengalaman usaha produksi kain
|
responden
(orang )
|
Persentase
(%)
|
1
|
1
- 5 tahun
|
15
|
38,46
|
2
|
6 – 10 tahun
|
8
|
20,51
|
3
|
11 – 15tahun
|
6
|
15,38
|
4
|
16 − 20
|
4
|
10,26
|
5
|
> 20
|
6
|
15,38
|
|
Jumlah
|
39
|
100,00
|
Sumber :
Data Primer Setalah di Olah , 2011
Tabel 7 di atas dapat dilihat responden yang memiliki
pengalaman usaha produksi kain sutera antara 1 – 5 tahun
sebanyak 15 responden dengan persentase (38,46%), pengalaman usaha 6 − 10
tahun sebanyak 8 responden (20,51%),pengalaman
usaha 11 − 15
sebanyak 6 orang (15,38%),kemudian
pengalaman usaha 16 – 20 tahun sebanyak 4 orang (10,26%), sedangkan
responden yang memiliki pengalaman usaha > 20 tahun ke atas sebanyak 6 responden dengan persentase (15,38%).
Artinya responden telah cukup berpengalaman dalam proses produksi kain sutera
5. Distribusi responden berdasarkan umur pengrajin kain
sutera (tahun)
Umur merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat
produktivitas karena semakin tua seseorang semakin menurun pula kinerjanya
sehingga berimbas kepada produktivitas mereka dalam suatu masa kerja tenaga
kerja berada pada usia produktif mempunyai kondisi fisik yang optimal yang
sangat menentukan keberhasilan produksi.
Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan umur pengrajin kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo, tahun 2011.
No
|
Hasil Produksi
(tahun)
|
Frekuensi
(orang)
|
Persentase
(%)
|
1
|
10 – 20
|
5
|
12,82
|
2
|
21 – 30
|
10
|
25,64
|
3
|
31 – 40
|
10
|
25,64
|
4
|
41 – 50
|
10
|
25,64
|
5
|
51 ke atas
|
4
|
10,26
|
|
Jumlah
|
39
|
100,00
|
Sumber
: Data Primer Setalah di Oleh, 2011.
Tabel 8 di atas, menjelaskan
tentang tingkat umur responden antara 10 − 20 tahun sebanyak 5 orang atau (12,82 %), 21 – 30 tahun sebanyak
10 orang atau (25,64 %), 31 − 40 tahun sebanyak 10 orang atau (25,64 %),41 – 50 orang sebanyak 10 orang atau (25,64 %), adapun
responden yang berumur 51 tahun sebanyak 4 orang atau (10,26 %).
6. Distribusi
responden berdasarkan Hasil produksi
Usaha peningkatan produksi kain sutera dapat dicapai dengan pengelolaan dan pemanfaatan
faktor-faktor produksi secara bersama-sama sehingga dicapai efisiensi dan
evektivitas dalam produksi kain
sutera yang
dicapai antara pengrajin satu
dengan pengrajin yang
lainnya dalam kegiatan produksi. Hasil
produksi dapat dipengaruhi oleh banyaknya jumlah alat tenun dan jumlah tenaga
kerja yang dimiliki pengusaha produksi kain sutera..
Untuk mengetahui tingkat
produksi yang dicapai responden dalam satu pekan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 9. Distribusi jumlah Produksi Kain Sutera
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo, tahun 2011.
No
|
Hasil Produksi
(M)
|
Frekuensi
(orang)
|
Persentase
(%)
|
1
|
5 – 20
|
16
|
41,02
|
2
|
21 – 35
|
9
|
23,08
|
3
|
36 – 50
|
4
|
10,26
|
4
|
51 – 65
|
1
|
2,56
|
5
|
66 ke atas
|
9
|
23,08
|
|
Jumlah
|
39
|
100,00
|
Sumber
: Data Primer Setalah di Oleh, 2011.
Tabel 8 di atas, menjelaskan
tentang jumlah
produksi kain sutera yang dihasilkan oleh responden antara 5 − 20 m sebanyak 16 orang atau (41,02 %), 21 – 35m sebanyak 9 orang
atau (23,08 %), 36 − 50 m sebanyak 4 orang atau (10,26 %),51 − 65 m
sebanyak 1 orang
atau (2,56 %), adapun responden yang mampuh memproduksi kain sutera
lebih dari 66 m sebanyak 9 responden atau (23,08%).
C. Faktor –faktor yang mempengaruhi hasil produksi
kain sutera di Kecematan
Tanasitolo
Kabupaten Wajo
Penelitian ini terdapat 2 faktor
yang mempengaruhi secara langsung terhadap hasil produksi kain sutera Kecamatan tanasitolo Kabupaten Wajo yaitu tenaga kerja, benang sutera, dan ada 3 faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung yaitu
tingkat pendidikan, umur, dan Pengalaman usaha. Dalam
penelitian, analisis data yang digunakan adalah analisis statistik fungsi
produksi Cobb Douglas.
Tabel 10.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kain
Sutera Di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.
Variabel independen
|
TH
|
Β
|
t- Hitung
|
Sign
|
Benang
Sutera
Tenaga
Kerja
Tingkat
Pendidikan
Pengalaman
Usaha
Umur
|
+
+
+
+
-
|
0,996***
0,003***
0,003***
0,001***
-0,001 ns
|
536,063
1,780
1,874
2,302
-,747
|
0,000
0,084
0,070
0,028
0,061
|
Konstanta
|
|
|
|
2,300
|
F Hitung
|
|
|
|
568761,565
|
Sign F
|
|
|
|
0,000
|
R2
|
|
|
|
???
|
n
|
|
|
|
39
|
Sumber : Analisis Data Primer Setelah di Olah, 2011
Keterangan :
TH : Tanda harapan
*** : Taraf Signifikansi dan kesalahan 0,01 (1 %) atau tingkat kepercayaan 99 %
** : Taraf signifikansi dan pada
kesalahan 0,05 ( 5% ) atau tingkat Kepercayaan 95%
* : Taraf Signifikansi dan kesalahan 0,10 ( 10 % ) atau tingkat Kepercayaan 90%
NS :
Tidak signifikan
Taraf
signifikansi merupakan taraf kepercayaan. Dalam penelitian ini mengunakan taraf
signifikansi 0,01 (1%) artinya taraf kepercayaan atau taraf kebenarannya adalah
sebesar 99 persen dan tingkat kesalahannya 1 persen , taraf signifikasi 0,05
(5%) artinya taraf kepercayaan adalah 95 persen benar dan taraf kesalahan 5
persen, sedangkan taraf signifiknasi 0,10 (10%) artinya tingkat kepercayaan
atau kebenarnnya sebesar 90 persen dan tingkat kesalahannya 10 persen. Jika
memperhatikan kembali bentuk persamaan setelah menarik logaritma natural dari
persamaan regresi Cobb-Douglas yaitu :
Ln PRL =
4,325 + 0,996LnBs + 0,003LnTk +0,003 LnTpend + 0,001LnPus – 0,001LnUmur e ...(IV.1)
PRL = 75.756 Bs 0,996 Tk 0,003 Tpend 0,003 Pus 0,001 Umur -0,001
Untuk
mengetahui keberartian koefisien regresi maka dilakukan uji F, adapun uji F
yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 10 di atas.
Dari tabel 10 di atas
menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 568761,565 dengan signifikansi 0,000 jauh lebih kecil dari
taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0,05 %. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengujian hipotesis di atas menolak H0
atau menerima H1. Hal ini menunjukkan bahwa benang sutera,tenaga kerja,tingkat
pendidikan,pengalaman usaha, dan umur,secara simultan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap hasil produksi
kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.
Tabel
10 di atas dapat
dilihat koefisien determinasi(R2) sebesar ????0,897 berarti variansi faktor
produksi benang sutera,tenaga
kerja,tingkat pendidikan,pengalaman
usaha, dan
umur
memberikan kontribusi 89,7 % terhadap produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo,
sedangkan sisanya 10,3% dipengaruhi oleh faktor yang tidak diperhatikan dalam
penelitian ini.
untuk
mengetahui faktor produksi mana saja yang mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap hasil produksi kain
sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo
dilakukan Uji t. Berikut Variabel yang memiliki pengaruh terhadap hasil
produksi budidaya rumput laut dalam penelitian ini :
1. Benang Sutera
Tabel
diatas dimana benang sutera
berpengaruh positif hal ini dapat
terlihat dari nilai t hitung 536,036 dan
diikuti nilai koefisien β yang bernilai positif 0,996 dengan tingkat signifikansi 0,000 jauh lebih
kecil dari pada taraf signifikasi 0,01 yang artinya tenaga kerja mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap produksi kain sutera , hal ini sesuai dengan
hipotesis yang diajukan. Selanjunya koefisien regresi sebesar 0,996 yang berarti setiap penambahan benang sutera 1% akan
meningkatkan produksi kain sutera sebesar
0,996 %. Alasannya karena benang sutera merupakan input utama yang dibutuhkan dalam proses produksi kain sutera. selain
itu kekurangan benang sutera bisa
menyebabkan produksi kain sutera akan
berkurang.
2. Tenaga
kerja
Tabel
diatas dimana tenaga kerja berpengaruh positif
hal ini dapat terlihat dari nilai t hitung 1,780 dan diikuti nilai koefisien β
yang bernilai positif 0,003 dengan
tingkat signifikansi 0,084 jauh lebih kecil dari pada taraf signifikasi 0,01
yang artinya tenaga kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produksi kain sutera, hal ini sesuai dengan
hipotesis yang diajukan. Selanjunya koefisien regresi sebesar 0,003 yang berarti setiap penambahan tenaga kerja 1% akan meningkatkan
produksi hasil budidaya rumput laut
sebesar 0,003%.
Alasannya karena tenaga kerja merupakan unsur yang paling dibutuhkan oleh
pengelolah produksi kain sutera. selain
itu kekurangan tenaga kerja bisa menyebabkan produksi kain sutera akan berkurang.
3.
Tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil produksi kain sutera, hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Adapun nilai t hitung sebesar 1,874 dengan signifikansi 0,070 jauh lebih kecil dari taraf signifikansi yang
digunakan yaitu 0,10%. Selanjunya koefisien regresinya sebesar 0,070 yang
dapat dilihat kembali pada (table 6) yang menjelaskan bahwa sebagian besar
responden telah mengenyam pendidikan yang rata-rata selama 6 tahun sebanyak
64,10%. Hal ini
dikarenakan pengrajin kain sutera
rata-rata pernah mengenyam pendidikan sehingga dapat memiliki pengetahuan tentang persuteraan. Dari
pendidikan formalnyalah produksi kain
sutera mengalami peningkatan yang cukup.
4. Pengalaman
usaha pengrajin
Pengalaman usaha pengrajin kain sutera memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap hasil
produksi kain sutera, hal
ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Adapun nilai t hitung sebesar 2,302 dengan
signifikansi 0,001 jauh
lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,10%. Hal ini
dikarenakan pengrajin kain sutera
rata-rata memiliki pengalaman usaha yang tergolong lama sehingga dengan penglaman usaha pengrajin itulah yang dapat meningkatkan produksi kain sutera.
5.
Umur
Umur memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap hasil
produksi kain sutera,
adapun nilai t hitung
sebesar -0,001 dengan
signifikansi 0,461 jauh
lebih besar dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,10 atau 10%.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Hasil penelitian dan pengolahan analisis data,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
produksi kain sutera di Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo secara positif dan signifikan adalah benang sutera,tenaga kerja,pendidikan,pengalaman usaha, yang artinya
semakin banyak penggunaan benang
sutera,tenaga
kerja,serta makin tingginya pendidikan dan
pengalaman usaha dapat meningkatkan hasil produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo . Sedangkan umur
pengrajin kain sutera berpengaruh
negatif terhadap hasil produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.
2.
Seluruh penggunaan input mengalami peningkatan
terhadap hasil produksi kain
Sutera Di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.
B.
Saran
Adapun yang bisa kami
sarankan adalah sebagai berikut :
1.
Diharapkan kepada pemerintah dalam hal ini
Dinas koperasi,UMKM,Perindustrian dan Perdagangan
Kab.Wajo agar semakin meningkatkan
pembinaan dan penyuluhan kepada para pengrajin kain sutera di kecamatan tanasitolo pada
khususnya dan pengrajin sutera kabupaten wajo pada umumnya.
2.
Bagi para pengrajin kain sutera agar terus meningkatkan
hasil produksi kain sutera atau
produktivitas dengan menggunakan tenaga kerja yang produktif serta penggunaan bahan baku benang sutera yang unggul dan
menambah volume usaha produksi kain sutera
agar supaya tujuan pemrintah daerah betul-betul tercapai. Karena
keterbatasan jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini,maka penulis
mengharapkan untuk diadakan penelitian yang lebih lengkap atau mengkaji
faktor-faktor produksi yang lainnya.
terima kasih,sangat membantu
BalasHapus