Jumat, 18 Maret 2016

CONTOH MAKALAH USAHA DAGANG



BAB I
PENDAHULUAN
a.    Latar Belakang
Indonesia adalah termasuk golongan negara yang sedang  berkembang. Program pembangunan ekonomi secara nasional merupakan sasaran utamanya. Pembangunan nasional merupakan rangkaian ikhtiar untuk pembangunan yang merata dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Namun dalam realitasnya sekarang kondisi perekonomian indonesia belumlah stabil. Kondisi perekonomian yang tidak stabil sebagai dampak dari terjadinya krisis global yang melanda dunia,utamanya di negara-negara yang berkembang mengakibatkan munculnya permasalahan-permasalahan ekonomi seperti tingkat pengangguran yang semakin meningkat dan akan melahirkan kemiskinan di seluruh lapisan masyarakat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka haruslah dibarengi dengan usaha pemerintah yang serius dan dukungan dari seluruh kalangan masyarakat untuk melakukan berbagai rangkaian kegiatan pembangunan di segala bidang secara bertahap. Salah satu bidang dianggap memiliki peranan yang besar dalam mengatasi masalah perekonomian adalah pembangunan di bidang industri, khususnya industri kecil dan menengah. Peran Industri Kecil dapat dilihat dari dua aspek yaitu peran terhadap penyerapan tenaga kerja dan peranan terhadap nilai ekspor. Pentingnya industri kecil khususnya di negara Indonesia dimana jumlah tenaga kerja berpendidikan rendah dan aneka sumber alam sangat berlimpah, kapital terbatas pembangunan pedesaan masih terbelakang dan distribusi pendapatan tidak merata, sangat erat hubungannya dengan sifat umum kelompok Industri Kecil.
Setiap jenis usaha pasti diharapkan bisa menghasilkan keuntungan, baik itu usaha besar maupun usaha kecil. Tingkat keuntungan suatu usaha merupakan pencerminan dari keberhasilan usaha suatu perusahaan. Semakin besar keuntungan berarti perusahaan tersebut akan mampu memenuhi kewajibannya dan lebih berpotensi untuk berkembang. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Industri Kecil memiliki peran yang sangat strategis mengingat berbagai potensi yang dimilikinya. Potensi tersebut antara lain mencakup jumlah dan penyebarannya, penyerapan tenaga kerja, penggunaan bahan baku lokal, keberadaannya di semua sektor ekonomi, dan ketahanannya terhadap krisis.
Kesejahteraan masyarakat haruslah tetap selalu dijaga agar kebutuhan masyarakat tersebut dapat dipenuhi  sehingga  kelangsungan hidupnya tetap senantiasa dipertahankan. Dalam ilmu ekonomi kebutuhan manusia ada berbagai macam yaitu kebutuhan dalam bentuk barang maupun jasa. Untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut dilakukanlah kegiatan produksi sehingga memungkinkan dilakukannya pentranspormasian masukan yang berupa Tenaga kerja, Modal dan masih ada yang lainnya sebagai faktor produksi.
Kegiatan produksi merupakan kegiatan untuk menambah guna dari masukan (input) menjadi keluaran (output). Dalam kegiatan untuk menambah kegunaan itu dibutuhkan sistem produksi dan operasi sehingga  memungkinkan dilakukannya pentransformasian masukan yang berupa Tenaga kerja dan modal sebagai faktor – faktor produksi dengan harapan mampuh menghasilkan keluaran dalam jumlah yang maksimal. Dalam memproduksi kain sutera, sebagaimana proses produksi yang dilaksanakan pada komoditi lainnya, produksi kain sutera tentunya membutuhkan faktor-faktor produksi yang berkaitan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Oleh karena itu perlu diupayakan pemanfaatan faktor-faktor produksi tersebut diatas secara efektif agar dapat memberikan hasil yang lebih menguntungkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, jika ditinjau dari beberapa faktor-faktor produksi yang berkaitan, maka akan mempengaruhi kegiatan produksi kain sutera dalam  menghasilkan sejumlah output yang berkualitas dan memiliki daya jual yang tinggi apa lagi jika tenaga kerjanya disertai dengan keterampilan yang baik. Kegiatan pengembangan persuteraan di Kabupaten Wajo dapat ditemui disemua kecamatan yang ada namun produksi benang sutera terkonsentrasi di kecamatan sabbangparu dan daerah pengembangannya tersebar di Kecamatan Majauleng, Kecamatan Tempe, Kecamatan Bola. Sedangkan sentra industri pertenunan sutera terdapat di Kecamatan Tanasitolo dan daerah pengembangannya tersebar di Kecamatan Tempe, Kecamatan Majauleng, dan Kecamatan Pammana.
Kegiatan pengembangan persuteraan baik industri hulu yang meliputi persuteraan alam dengan penanaman tanaman murbey, pemeliharaan ulat sutera dan produksi kokon serta industri hilir yang meliputi pemintalan benang sutera,penenunan kain sutera, hingga pengembangan deversifikasi produk asal sutera dapat di jumpai di kabupaten Wajo. Industri penenunan sutera merupakan kegiatan yang paling banyak digeluti oleh pelaku persuteraan di Kecamatan Tanasitolo, hal ini dilatarbelakangi oleh produk kain sutera yang dihasilkan mempunyai nilai kegunaan yang dipadukan dengan nilai estetika budaya setempat. Perpaduan nilai tersebut menghasilkan karakteristik yang tersendiri mencirikan produk kain sutera khas sengkang.
Kecamatan Tanasitolo merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Wajo, di mana sebagian penduduknya berprofesi sebagai pengrajin kain sutera. Dalam melakukan produksi, pengusaha terkadang mendapatkan kendala dalam memproduksi kain sutera utamanya pada faktor – faktor produksi. Dalam melakukan produksi, pengusaha terkadang mendapatkan kendala dalam memproduksi kain sutera utamanya pada faktor – faktor produksi. Dalam perjalananya,berdasarkan hasil pengamatan awal, yang dilakukan, sejumlah permasalahan yang dapat diidentifikasi  antara lain; (1) keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dasar pengrajin dalam mengkreasikan motif, (2) keterbatasan modal dan akses ke sumber permodalan yang layak, mudah, cepat, dan tepat, (3) kurangnya pemahaman tentang pengelolaan atau manajemen usaha, (4)  terbatasnya bahan baku kain sutera dalam hal ini benang sutera, (5) terbatasnya waktu kerja yang dipengaruhi oleh aktivitas lain selaku ibu rumah tangga,dan (6) kesulitan memasarkan kain sutera pada pasar domestik apalagi pada pasar internasional.
Tabel 1. Data Pertenunan Sutera Kabupaten Wajo

Tahun                                                       Produksi ( rupiah)

2006                                                                 23.535.936
2007                                                                25.163.436
2008                                                                23.743.436
2009                                                                27.086.286
            2010                                                                 27.894.708
 

Sumber : Kantor Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupeten  Wajo. 2010

Tabel diatas menjelaskan bahwa produksi kain sutera di  Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo masih tetap mengalami peningkatan dan penurunan hal ini terlihat pada tahun 2006 produksi kain sutera  mencapai  23.535.936 kemudian tahun 2007 mengalami peningkatan produksi menjadi 25.163.436 dan tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 23.743.436 dan tahun 2009 produksi kain sutera kembali meningkat  menjadi 27.086.286.demikian seterusnya pada tahun  2010 naik lagi menjadi 27.894.708. Naik turunnya produksi kain sutera  tergantung pada faktor – faktor  produksi yang digunakan baik secara langsung maupun tidak lansung.
Perkembangan produksi kain sutera tidak lepas dari faktor – faktor yang mempengaruhi hasil produksi kain suera. Oleh karena itu para pengrajin memperhatikan faktor- faktor yang mempenagruhi hasil produksi kain sutera. Secara garis besar dapat dilihat dari lima kompenen sabagai berikut. seperti tenaga kerja,benang sutera,juga mempengaruhi produksi kain sutera disamping faktor-faktor secara langsung terdapat pula faktor-faktor lain secara tidak langsung ikut mempengaruhi produksi kain sutera seperti pengalaman usaha, tingkat pendidikan, dan umur.

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengsruhi Hasil Produksi Kain Sutera di Kecamatan Tanasitolo  Kabupaten Wajo”.
b.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengangkat masalah berikut:
    Faktor-faktor apa sajakah yang paling berpengaruhi pada hasil produksi kain sutera  di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo?
c.    Tujuan Penelitian
Setiap manusia dalam melakukan kegiatan tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi hasil produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo,baik secara simultan maupun secara parsial.
d.   Manfaat Hasil Penelitian
Ada pun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Manfaat Akademik
Dengan adanya penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dan bahan referensi bagi calon peneliti berikutnya.
2.      Manfaat Praktis
a.       Pemerintah
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam memberikan bantuan,baik berupa permodalan maupun penyuluhan bagi UKM khususnya pengrajin kain sutera sehing dapat berkembang secara baik.



b.      Pengrajin Kain Sutera
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam mengembangkan produksi secara efektif dan efisien,agar kelangsungan usaha dapat bertahan dan maju.
c.       Peneliti
Penelitian ini sebagai bahan dalam memperluas wawasan khususnya mengenai industri kecil dan industri rumah tangga.















BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA  DAN KERANGKA PIKIR
A.  Tinjauan Pustaka
Usaha produksi kain sutera sesungguhnya tedak sekedar hanya pada pengambilan hasil (ekstrektif) melainkan benar-benar usaha produksi. Disini berlangsung pendayagunaan faktor produksi berupa,alam,tenaga kerja, modal, dan keahlian (skill) secara baik dan terpadu kualitas dan kuantitas hasil akan sangat bergantung pada pengelolahnya, apabila pengelolahannya berlangsung baik sejak awal produksi sampai pada proses pemasaran hasil, maka kuantitas akan sangat memuaskan produsennya.
1.    Konsep Produksi
a.       Pengertian Produksi
Produksi merupakan hasil perpaduan dari suatu proses antara bahan-bahan dasar (bahan baku), tenaga kerja, modal, mesin-mesin dan peralatan lainnya yang dipakai dalam kegiatan produksi. Produksi bukan hanya dilakukan oleh perusahaan saja, akan tetapi juga dilakukan oleh jenis usaha lainnya seperti dalam usaha pertenunan sutera. Secara ekonomi, produksi untuk menghasilkan output. Untuk memahami pengertian produksi maka berikut ini dikemukakan beberapa pengertian produksi menurut para ahli :  
 Dalam Kamus lengkap ekonomi (1997: 525) Produksi adalah tindakan mengkombinasikan faktor-faktor produksi (tenaga kerja,modal,dll) oleh perusahaan untuk memproduksi output barang-barang dan jasa-jasa.
Produksi menurut yang dikemukakan Pracoyo (2006:147) adalah Produksi adalah suatu proses merubah kombinasi berbagai input menjadi output. Produksi tidak hanya terbatas pada proses pembuatan saja, tetapi juga penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengemasan kembali hingga pemasarannya. Istilah produksi berlaku untuk barang dan jasa.
Sementara menurut Putong (2003:100) bahwa “Produksi atau memproduksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula”. Sedangkan Soeharno (2007:4) menyatakan bahwa “Produksi merupakan kegiatan untuk meningkatkan manfaat suatu barang”.
Selanjutnya menurut Habibi dan Gunadi (2005:8) mengemukakan bahwa “Produksi adalah setiap usaha atau kegiatan manusia untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang dan jasa”. Serta menurut Assauri (2005:1) bahwa produksi adalah “segala kegiatan dalam menciptakan barang dan jasa”. Suatu kegiatan barang agar tersedia bagi pemakai atau konsumen disebut kegiatan produksi.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa produksi adalah suatu proses atau kegiatan untuk menambah nilai atau manfaat suatu barang dan jasa. Atau bisa juga “Produksi adalah upaya atau kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang. Arah kegiatan ditujukan kepada upaya-upaya pengaturan yang sifatnya dapat menambah atau menciptakan kegunaan (utility) dari suatu barang atau mungkin jasa.
Produksi dalam usaha penenunan kain sutra dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang meliputi pengolahan benang sutra sampai ke tahap penenunan benang menjadi kain dengan maksud untuk menghasilkan output dalam hal ini adalah kain sutera dengan cara memadukan berbagai faktor produksi.
Kegiatan produksi yang dilakukan dalam usaha pertenunan sutera merupakan suatu proses dalam menghasilkan dan menambah nilai guna suatu barang yang akan digunakan oleh para konsumen sesuai dengan kebutuhannya.
b.    Fungsi Produksi
Fungsi produksi yaitu fungsi yang menunjukkan hubungan faktor produksi  (input) dengan hasil produksi (output). Fungsi produksi menurut Soekartawi 2004: (34) menyebutkan bahwa” suatu hubungan fisik antara masukan produksi dengan pengeluaran produksi”.
Fungsi produksi menguraikan cara begaimana berbagai masukan (input) dapat digabungkan untuk menghasilkan jumlah produk yang telah direncanakan, jadi merupakan hubungan teknis antara perpaduan input dengan produk. Dengan demikian, tampa adanya masukan maka produkpun tidak akan berlangsung dan produk yang direncanakan tidak akan terjadi.
Fungsi produksi merupakan istilah yang yang menyatakan hubungan fisik berbagai faktor produksi input dengan produk yang dihasilkan output. Hal ini berarti bahwa untuk menghasilkan suatu produk maka diperlukan berbagai faktor produksi.
Fungsi produksi adalah merupakan fungsi yang menjelaskan hubungan antara faktor- faktor produksi yang digunanakan dengan produk yang dihasilkan
 Sudarsono (1989 : 99) mengemukakan bahwa fungsi produksi hubungan teknik yang menghubungkan antara produksi yang disebut masukan ( input) dan hasil produksi yang disebut output. Pengertian tersebut diatas menekankan atau
Produksi suatu proses perpaduan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja, modal dan skiil untuk menghasilkan produk. Tampa adanya masukan atau input maka porses produksi tidak akan berlangsung dan
produk output tidak akan terjadi. Menurut Soekartawi,(2003:40) antara input dan output dapat di gambarkan dalam grafik dibawah ini:
Hubungan PR, PT, PM, dan EP
Penjelasan terhadap PM akan lebih berguna bila kaitkan dengan produk rata-rata (PT atau AP/average product) dan produk total  (PR atau TP/total product). Dengan mengaitkan PM, PR, dan PT maka hubungan antara input dan output akan lebih informatif, artinya dapat diketahui elastisitas produksinya (EP) .
                   Y                                                                 
Hasil produksi                                   B
                                                                                                         PT


                                                                   1>  EP > 0
                                         1 > Ep >                                    Ep < 1
                                                                                               

                         Kenaikan  hsil                  Kenaikan  hasil    Kenaikan hasil
                         bertambah                        berkurang            negatif                    
                             A                         B
                                                                                                                                                                  
                                                                                                    PR
                                                                                               MR X fator produksi

Gamabr II.1 Hubungan antara PT, PM, dan PR  MP x Faktor produksi
                                       Soekartawi ( 2003:40)

Gambar. menunjukkan tahapan proses produksi komoditas pertanian sebagai berikut :
1)             Tingkat produksi antara titik 0 – A, dengan penambahan pemakaian input, maka PT bertambah atau naik dengan mengikuti increasing return sampai titik balik, yaitu titik A, nilai PM juga naik dan akan mencapai nilai maksimal di titik A, PR semakin tinggi atau naik dengan adanya penambahan pemakaian input. Besarnya elastisitas produksi pada titik produksi ini > 1 karena PM > PR.
2)             Tingkat produksi di titik A, titik ini merupakan titik balik kurva PT dari bentuk increasing ke bentuk decreasing. Besarnya elastisitas produksi > 1 karena PM > PR.
3)             Tingkat produksi antara titik A - B, bila penggunaan input diteruskan, PT cenderung decreasing return setelah melewati titik balik A. PM terus menurun setelah mencapai titik maksimal di titik A. PR meningkat terus sampai mencapai maksimal di titik B. Besarnya elastisitas produksi > 1 karena besarnya PM > PR.
4)             Tingkat produksi di titik B, pada tingkat produksi ini PR mencapai maksimal dan nilai PR sama dengan nilai PM. Besarnya elastisitas produksi = 1.
5)             Tingkat produksi antara titik B dan C, bila penggunaan input terus ditambah, besarnya PT terus meningkat sampai mencapai maksimal di titik C. Kurva produksi mengikuti decreasing return. PM terus menurun nilai dan mencapai nol di titik C. Demikian juga dengan nilai PR terus menurun setelah mencapai maksimal di titik B. Besarnya elastisitas produksi 0 < EP < 1,  PR > PM.
6)             Tingkat produksi di titik C, kurva PT mencapai maksimal. Pada tingkat produksi ini nilai PT = 0. Besarnya EP = 0.
7)             Tingkat produksi setelah di titik C, Kurva PT menurun setelah mencapai maksimum di titik C. Besarnya PM terus menurun dan mempunyai nilai negatif karena tambahan komoditasnya negatif. Besarnya PR terus menurun dan bila diteruskan maka nilai PR akan semakin kecil. Nilai PR tidak mungkin mencapai negatif, tetapi secara teoretis bisa mencapai nol.
Elastisitas produksi (Ep) komoditas pertanian merupakan persentase perbandingan dari hasil produksi atau ouput sebagai akibat dari persentase perubahan dari input atau faktor produksi, atau dengan kata lain persentase perubahan hasil atau produk  pertanian dibandingkan dengan persentase perubahan input atau korbanan. Elastisitas produksi pertanian dapat dirumuskan sebagai berikut :
          ΔY        ΔX
Ep  = ------- /-------,  atau …………………………………………(II.1)
            Y       X
           ΔY      X
     = ------ /------- ………………………………………………. (II.2)
         ΔX      Y     (Soekartawi, 2003:40)

          ΔY     
     ------- x 100 % ……………………………………………….( II.3)
         Y        
               Y            
Ep = ------------------- ……………………………………………( II.4)   
                              ΔX

        ------- x 100 %
         X                                             

di mana :
ΔY  = perubahan hasil produksi komoditas pertanian
Y    = hasil produksi komoditas pertanian
ΔX = perubahan penggunaan faktor produksi
X    = faktor produksi
Menurt Rahardja, Manurung, (2004 : 118)  perubahan output karena perubahan skala penggunaan produksi ( Return to Scale ) perubahan output karena perubahan skala penggunaan produksi Return to Scale adalah konsep yang ingin menjelaskan seberapa besar output berubah bila jumlah faktor produksi dilipat gandakan ( doubling).
a.            Skala hasil menaik ( Increasing Return to Scale)
Jika penambahan faktor produksi sebanyak 1 unit menyebabkan output meningkat lebih dari satu unit, fungsi produksi memiliki karakter skala hasil menaik (increasing retun to sckale).
mesin                                           E                                                     
                                                         D                                     
                                                C                                               Q80                   
                                         B                                              Q50                                                                        A                                            Q40                                                     
                                                                              Q20                                       
                                                                    Q10                        tenaga kerja
                                                                              
Gambar  II.2 Skala hasil menaik (Rahardja Manurung, 2004:118)
Pada Gambar II.2 menunjukkan perubahan output karena perubahan skala penggunaan produksi ( Return to scale) perubahan output karena perubahan skala penggunaan produksi Return to scale adalah konsep yang ingin menjelaskan seberapa besar output berubah bila jumlah faktor produksi dilipat gandakan (doubling).
Gambar II.3 menunjukkan bila penggunaan mesin dan tenaga kerja dilipat gandakan, output meningkat lebih dari dua kali lipat. Pencapaian hasil ini dimungkinkan antara lain karena kemanpuan manajemen dalam menangani produksi skala besar, ada sinerja antara mesin dan tenaga kerja
b.            Skala hasil konstan ( Konstan Return to Scale)
Jika dilipat gandakan faktor produksi penambahan output sebanyak dua kali lipat, fungsi produksi memiliki karakter skala hasil konstan ( Constan Return to Scale),.
                           Mesin
                         
                   
                              
                                                                                                Q40
                                                                                 Q30 
                                                                           Q20                   
                                                                    Q10
                                                                        Tenaga kerja
Gambar II.3 Skala Hasil Konstan ( Rahardja  Manurung, 2004 : 119)                                            
Gambar  II.3 Gambar ini menunjukkan jika dilipat gandakan faktor produksi penambahan output sebanyak dua kali lipat juga fungsi produksi memiliki karakter skala hasil konstan( Return To Scale)                                        
c.             Skala Hasil Menurun ( Return to Scalae)
Jika penambahan 1 unit faktor produksi menyebabkan output bertambah kurang dari satu unit, fungsi produksi memiliki karakter skala hasil menurun (decreasing return to scale)
                            Mesin
 


                             
                                                                                       Q25
                                                                                   Q20  
                                                                         Q10 
                                                                     Tenaga kerja
Gambar II.4  Skala hasil menurun (Rahardja Manurung, 2004 : 119)
Gamabar ini menunjukkan fungsi produksi memiliki karakter skala hasil menurun (Decreasing Return to Scale)
           Produksi suatu proses perpaduan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja, modal dan skiil untuk menghasilkan produk. Tampa adanya masukan atau input maka porses produksi tidak akan berlangsung dan produk output tidak akan terjadi.
c.         Faktor-Faktor Produksi
Faktor produksi adalah kegiatan yang melakukan proses, pengolahan dan mengubah faktor-faktor produksi dari yang tidak/kurang bermanfaat jadi memiliki nilai manfaat yang lebih. Dalam proses produksi, diperlukan berbagai macam faktor produksi yang berbeda namun saling berkaitan antara satu sama lain.
Faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan manusia. Hasil yang maksimal dari proses produksi akan tercapai jika produsen memperhatikan bagaimana mengkombinasikan faktor produksi dengan optimal.
Menurut munarfah (2007:43) berdasarkan  hubungan dengan tingkat produksi, faktor produksi, faktor produksi dapat dibedakan menjadi  faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variabel) input. Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlahnya penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada tidaknya produksi,faktor produksi itu tetap  ada, misalnya mesin-mesin sedangkan faktor produksi variabel adalah faktor produksi tergantung pada tingkat produksinya.
Menurut Daniel (2002:52) “Faktor produksi adalah faktor yang mutlak diperlukan dalam proses produksi”. Faktor produksi terdiri dari tanah, modal, tenaga kerja dan manajemen atau skill.
1.    Modal
Faktor produksi modal adalah setiap barang yang digunakan dalam kegiatan produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Menurut Sukirno (2000:5) mengemukakan bahwa “modal adalah segala barang yang diciptakan oleh manusia dengan tujuan untuk menghasilkan barang-barang yang lain atau jasa yang akan digunakan untuk proses produksi.”
Sedangkan Von Bohm Bawerk dalam Daniel (2002:74) bahwa “Modal atau capital adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat, disebut dengan kekayaan masyrakat”. Selanjutnya  menurut Sukirno (2000:5) mengemukakan bahwa “Modal adalah segala barang yang diciptakan oleh manusia dengan tujuan untuk menghasilkan barang-barang yang lain atau jasa yang akan digunakan untuk proses produksi”.
Faktor produksi modal dapat dibagi sebagai berikut:
a)      Menurut jenisnya
·         Modal barang (capital goods), yaitu modal berupa barang yang digunakan dalam kegiatan produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
·         Modal uang (money capital), yaitu modal berupa uang yang mempunyai daya beli dan dapat digunakan untuk membeli faktor-faktor produksi lainnya.
·         Modal property (property capital), yaitu modal dalam bukti kepemilikan hak seperti saham, obligasi dan surat berharga.
b)      Menurut bentuknya
·         Modal nyata, yaitu modal berupa barang yang dapat dilihat dan dipergunakan dalam proses produksi.
·         Modal abstrak, yaitu modal yang tidak dapat dilihat tetapi dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam proses produksi.
c)      Menurut sifatnya
·         Modal lancar, yaitu modal berupa barang-barang, alat-alat atau persediaan yang habis sekali pakai dalam masa satu tahun atau siklus perusahaan.
·         Modal tetap, yaitu modal yang tidak habis dalam satu kali pakai atau dalam satu siklus perusahaan.
d)     Menurut fungsinya
·         Modal pribadi, yaitu modal yang berasal dari perseorangan yang dapat memberikan keuntungan bagi pemiliknya.
·         Modal masyarakat, yaitu modal yang dimiliki oleh masyrakat seperti jalan raya, rumah sakit dan lain-lain.
e)      Menurut resikonya
·         Modal sendiri, yaitu modal yang berasal dari pemilik suatu usaha. Modal ini ditanggung penuh oleh pemiliknya.
·         Modal asing, yaitu modal yang berasal dari pihak lain.
2.    Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah kontribusi terhadap aktivitas produksi yang diberikan oleh para pekerja, baik dengan menggunakan otot maupun otak. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang mutlak diperlukan dalam setiap produksi walaupun akhir-akhir ini banyak proses produksi menggunakan mesin atau robot yang bisa menggantikan peran tenaga kerja. Oleh sebab itu, perhatian kepada para tenaga kerja haruslah besar dan sungguh agar bisa menciptakan proses produksi yang efisien dan efektif.
Menurut Daniel (2002:86), “Tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia, yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi”.
Menurut Setianing (2006:19), ”Pengertian tenaga kerja secara mikro adalah orang yang tidak saja mampu melakukan kerja,tetapi juga secara nyata menyumbangkan potensi kerja yang dimilikinya kepada lingkungan kerjanya dengan menerima upah berupa barang atau uanga. Sedangkan pengertian tenaga kerja secara makro adalah setiap yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun di luar hubungan kerja guna menghsilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.”
Tenaga kerja dapat dibedakan menjadi:
1.      Menurut sifatnya
1)      Tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang lebih banyak menggunakan kekuatan jasmani dibandingkan dengan kekuatan pikiran.
2)      Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang lebih banyak menggunakan kekuatan rohani/pikiran dibandingkan dengan kekuatan jasmani.
2.      Menurut kualitasnya
1)      Tenaga kerja terdidik (skilled labour) adalah tenaga kerja yang yang memerlukan pendidikan terlebih dahulu.
2)      Tenaga kerja terlatih (trained labour) adalah tenaga kerja yang memerlukan latihan seperti montir dan sopir.
3)      Tenaga kerja tidak terdidik dan terlatih adalah tenaga kerja yang tidak melalui pendidikan atau latihan terlebih dahulu.
Dalam usaha pertenunuan kain sutera sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga pengusaha itu sendiri, tenaga kerja ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi kain sutera  secara keseluruhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah sebagai berikut :
a.       Tersedianya tenaga kerja
Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga tingkatnya optimal.
b.      Kualitas tenaga kerja
Dalam proses produksi, apakah itu proses produksi barang-barang pertanian atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi. Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini diperlukan jumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu dan ini tersedia dalam jumlah yang terbatas. Bila masalah kualitas tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi.


c.       Jenis kelamin
Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah bahan baku benang sutera dan tenaga kerja wanita mengerjakan proses penenunan kain.
3.    Skill (keahlian)
Dalam bentuk apapun setiap usaha selalu membutuhkan keahlian dari pelaksanaanya, seperti halnya dalam usaha pertenunan sutera diperlukan adanya keahlian pengrajin dalam pengelolaannya.
Walaupun telah tersedia modal, tenaga kerja, alam yang cukup namun belum dapat menjamin bahwa produksi yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Faktor alam, tenaga kerja, dan modal tidak akan dilakukan dengan sendiri-sendirinya untuk menghasilkan suatu barang. Oleh karena itu suatu hal yang tidak terabaikan dalam membicarakan mengenai faktor produksi adalah skill (keahlian).
Mengenai skill dimaksudkan sebagai kemampuan dan kecakapan untuk mencapai suatu usaha yang dilakukan dalam proses produksi. Teknologi skill merupakan yang dimiliki oleh manajer, tenaga kerja dalam kaitannya dengan penggunaan alat-alat produksi yang bersifat teknis. Sedang organization skill merupakan keahlian dalam mengatur hubungan kerja sama antar sesama kelompok yang terlibat dalam kegiatan produksi maupun masyarakat yang berkepentingan dengan hasil-hasil produksi dari usaha penenunan sutera yang dikelola.
Untuk terlaksananya kegiatan produksi dengan baik, ketiga faktor produksi tersebut diatas sangat dibutuhkan. Ketiga faktor tersebut dikombinasikan dengan faktor –faktor penunjang lainnya untuk menghasilkan produksi kain sutera yang bermutu.

Adapun faktor penunjang yang lainnya adalah:
1.      Benang sutera
Menurut Atmosoedarjo (2000:201) benang sutera adalah produk akhir dari kokon dan merupakan bahan baku bagi pertenunan,perajutan, yang selanjutnya merupakan bahan baku pembuatan kain sutera. Benang sutera yang baik adalah benang sutera yang dapat menghasilkan kain sutera yang baik pula. Hal itu dapat dilihat dari hasil akhir dari kain yang bebas dari cacat kain.
2.      Tingkat pendidikan
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat merupakan salah satu indikator keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah untuk menerima inovasi- inovasi baru atau perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat diwilayah tersebut. Hubungannya dengan produksi kain sutera pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat dimana dengan pendidikan pengusaha kain sutera dapat mampu berinovasi dengan motif-motif baru atau dengan peralatan-peralatan tenun yang lebih moderen.
3.      Pengalaman usaha
Perlu kita ketahui bahwa sebagian besar pengrajin kain sutera adalah orang-orang dengan pendidikan yang sangat rendah bahkan ada di antara mereka yang  tidak pernah mengenyang pendidikan. Sebagian besar dari mereka hanya belajar dari pengalaman saja karena itu pengalaman merupakan hal yang menentukan apakah seorang pengrajin kain sutera mampu atau tidak mengatasi berbagi kendala dan hambatan yang merintangi usahanya.
4.      Umur Pengrajin
Umur merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas karena semakin tua seseorang semakin menurun pula kinerjanya sehingga berimbas kepada produktivitas mereka dalam suatu masa kerja tenaga kerja berada pada usia produktif mempunyai kondisi fisik yang optimal yang sangat menentukan keberhasilan produksi.
d.   Produksi Kain Sutera
Kegiatan pengembangan persuteraan di Kabupaten Wajo dapat ditemui disemua kecamatan yang ada namun produksi benang sutera terkonsentrasi di kecamatan sabbangparu dan daerah pengembangannya tersebar di Kec. Majauleng, Kec. Tempe, Kec. Bola. Sedangkan sentra industri pertenunan sutera terdapat di kec. Tanasitolo dan daerah pengembangannya tersebar di kec.tempe,kec.majauleng, dan kec.pammana.
Kegiatan pengembangan persuteraan baik industri hulu yang meliputi persuteraan alam dengan penanaman tanaman murbey, pemeliharaan ulat sutera dan produksi kokon serta industri hilir yang meliputi pemintalan benang sutera,penenunan kain sutera,hingga pengembangan deversifikasi produk asal sutera dapat di jumpai di kabupaten Wajo.
Industri penenunan sutera merupakan kegiatan yang paling banyak digeluti oleh pelaku persuteraan di Kabupaten Wajo, hal ini dilatarbelakangi oleh produk kain sutera yang dihasilkan mempunyai nilai kegunaan yang dipadukan dengan nilai estetika budaya setempat. Perpaduan nilai tersebut menghasilkan karakteristik yang tersendiri mencirikan produk kain sutera khususnya sarung khas sengkang.
Dalam proses produksinya pengrajin lebih banyak menggunakan alat pertenunan tradisional, alat tenun bukan mesin (ATBM)  dan pengembangannya, namun melalui teknik, inovasi dan kerja keras yang dimiliki pengrajin mampu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi bahkan memiliki nilai lebih dibandingkan dengan produk mesin dan alat pertenunan modern.
e.    Fungsi Produksi
Menguraikan cara bagaimana berbagai masukan (input) dapat digabungkan untuk menghasilkan produk yang telah direncanakan jadi fungsi produksi yaitu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi (output) dengan faktor produksi (input)
Soekartawi (2002:17) mengemukakan bahwa: “Fungsi produksi adalah hubungan fisik antar variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (x).yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input”.
 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi produksi merupakan hubungan antara berbagai output dan input dalam proses produksi dimana  jumlah barang produksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan.
 Untuk mengatahui hubungan antara input dan output dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb Douglas.
 Fungsi produksi cobb douglas pertama kali diperkenalkan oleh Cobb,C.W dan Douglas,P.H pada tahun 1982 melalui artikelnya yang berjudul A Theory of production. Artikel ini dimuat pertama kalinya di majalah ilmiah American economic review 18. Sejak itu fungsi Cobb Douglas dikembangkan oleh para peneliti sehingga namanya bukan saja “fungsi produksi” tetapi juga yang lain, yaitu “fungsi Biaya Cobb Douglas” dan “fungsi keuntungan Cobb Douglas” hal ini menunjukkan indikasi bahwa fungsi Cobb Douglas dianggap penting.
 Fungsi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan (X). penyelesaian hubungan antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X (Soekartawi, 2002:153). Secara matematik, fungsi Cobb Douglas dapat dituliskan seperti di bawah ini:
        Y= b0X1b1X2b2………….Xibi Xn bn eu  ……………………………………….(II.5)
Dimana :
Y                     : Variabel yang dijelaskan
            X                     : Variabel yang menjelaskan
bo dan b1        : besaran yang akan diduga
u                      : Kesalahan acak
            e                      : logaritma natural e =2,718

Hubungan  Y dan X adalah searah, dimana X akan selalu mempengaruhi Y dan tidak mungkin terjadi hal yang sebaliknya dan untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas, maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan Dalam bentuk double log (Ln),seperti dibawah ini :
LnY = Lnβ01LnX12LnX2+…βn LnXn+u e……………………………( II.6)
1. Return to Scale (RTS) perlu diketahui untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatu usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah Increasing, Constant, atau Decreasing Return to Scale .kalau persamaan ( II.1) dipakai untuk menjelaskan hal ini maka jumlah besaran elastisitas  b1 dan b2 adalah  lebih besar dari nol dan lebih kecil atau sama dengan satu. Bila demikian bahwa berlaku anggapan bahwa  terjadi adanya Increasing (RTS) pada kegiatan usaha yang diteliti tersebut. Anggapan demikian biasanya dikenal dengan istila  sesuai dengan kejadian yang sebenarnya dialami, dimana setiap pengusaha/pengrajin selalu mengharapkan tambahan unit output yang lebih besar di bandingkan dengan tambahan unit input yang mereka pakai
Berdasarkan persamaan (II.1)dapat dituliskan
Increasing = β1+β2 + βn   <  1  ……………………………………………....( II.7)
Decreasing = β1+β2 + βn   > 1………………………………………………..(II.8)
Dengan demikian kemungkinan ada tiga alternatif  yaitu
1< b1  + b2 < 1…………………………………………………………………( II.9)
Ada tiga alasan pokok mengapa fungsi Cobb Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti yaitu:
a.    Penyelesaian fungsi Cobb Douglas relatif lebih muda dibandingkan dengan fungsi yang lain dan fungsi Cobb Douglas dapat dengan muda ditransfer kebentuk linear
b.    Hasil pendugaan melalui fungsi Cobb Douglas akan menghasilkan koefesien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisistas.
c.    Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran Return to Scale
B.  Kerangka Pikir
Tujuan utama pembangunan UKM adalah untuk meningkatkan produksi dan pendapatan pengrajin kain sutera. Usaha peningkatan produksi dan pendapatan pengrajin ini tidak terlepas dari bantuan pemerintah yaitu adanya penyuluhan tentang cara pengolahan industri kecil yang membahas tentang produksi kain sutera.
Untuk variabel yang pokok diteliti dalam penelitian adalah faktor- faktor produksi yang tersedia terhadap peningkatan hasil produksi kain sutera Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.
Untuk meningkatkan produksi kain sutera dibutuhkan kombinasi faktor-faktor produksi. Dalam penelitian ini peneliti meneliti lima variabel yang mempunyai pengaruh terhadap produksi kain sutera Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo. Lima variabel tersebut antara lain tenaga kerja, umur, jumlah benang yang digunakan, tingkat pendidikan, pengalaman usaha. Kelima variabel tersebut dianggap berpengaruh terhadap hasil  produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo  Kabupaten Wajo.











Pengembangan produksi kain sutera kabupaten wajo

 
untuk lebih jelas dapat dilihat skema kerangka pikir yaitu sebagai berikut:









 


Produksi kain sutera

 
             








-Analisis fungsi produksi  Cobb Douglas
-uji hipotesis ( uji t uji f )
-ketetapan model
( R2 )

 

 



    Pengaruh input
1.      Benang Sutera
 
Pengaruh tidak langsung
3. Tingkat pendidikan         
4. Pengalaman usaha  produksi  kain sutera
5. Umur


 
                       


2.     Tenaga kerja


 





                     Gambar Karangka 8. Skema Karangka Pikir
Dari skema diatas nampak bahwa hasil produksi kain sutera dengan variabel – variabel yang ada mempunyai hubungan timbal balik dimana dengan adanya variabel- variabel  independen tersebut maka hasil produksi kain sutera kecamatan tanasitolo  mengalami peningkatan.
C.      Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji kebenarannya dapat dirumuskan sebagai berikut di duga bahwa,tenaga kerja, jumlah benang yang digunakan, tingkat pendidikan, pengalaman usaha mempunyai pengaruh positif terhadap hasil  produksi kain sutera, sedangkan umur pengrajin memiliki pengaruh negatif terhadap produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.

























BAB III
METODE PENELITIAN
1.    Variabel Penelitian
Dalam penelitian yang menjadi variabel bebas adalah Bs1), Tk 2), Tpend (β3), Pus4),Umr 5), variabel terikatnya disini adalah peningkatan  produksi kain suter (PKS)
2.    Desain Penelitian
Desain penelitian variabel yang akan diteliti berdasarkan model yang dijadikan desain penelitian  merupakan rancangan atau cara untuk melaksanakan penelitian dalam rangka memperoleh data yang dibutuhkan penelitian ini adalah penelitian lapangan yang ditunjang dan didasari dengan pengkajian pustaka dari beberapa sumber seperti buku dan internet. Studi lain yang dapat dilakukan adalah pengkajian secara praktis dan imperik yang bertujuan untuk mengumpulkan data primer dan data skunder dan kemudian data diolah.



































































































































































 
Oval: Bs 



 
Oval: Tk       


Oval: Umr
 













Gambar III.1 : Skema Desain Penelitian

B.        Definisi Operasional
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang variabel yang akan diteliti dalam penelitian, maka secara operasional memberikan batasan sebagai berikut:
Produksi kain sutera sebagai hasil akibat bekerjanya faktor- faktor produksi, baik secara langsung maupun tidak langsung.
1.      Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam satu musim budidaya rumput laut  yang diukur dengan jumlah jiwa (jiwa)
2.      Benang Sutera adalah jumlanh benang yang digunakan dalam satu proses produksi kain sutera  yang diukur dengan satuan kilogram ( kg)
3.      Tingkat pendidikan adalah lama pendidikan formal pengrajin kain sutera.(tahun).
4.      Pengalaman usaha produksi adalah lama berusaha dalam kegiatan produksi kain sutera yang diukur dengan tahun (tahun)
5.      Umur pengrajin adalah lama hidup pengrajin yang dihitung dengan hitungan usia (tahun)
C.       Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh  pengusaha kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo yang  berjumlah 131 unit usaha.
2.      Sampel
 Populasi diatas, maka penarikan sampel sebesar  mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto (1998:112), bahwa: ”jika jumlah subjeknya lebih dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25%”.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengambil sampel sebanyak  39 unit usaha atau 10% dari jumlah populasi dengan melakukan  penarikan sampel secara acak sederhana (simple random sampling).




D.          Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa:
1.        Observasi
Dengan observasi peneliti mengamati secara langsung kegitan yang dilakukan oleh penrajin kain sutera seperti cara menenun benang , jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Teknik ini digunakan sebagai langkah awal dalam perencanaan penelitian
2.        Wawancara
 kegiatan yang dilakukan peneliti dengan teknik wawancara ini adalah mewawancarai secara langsung pengrajin kain sutera yang menjadi responden dalam hal ini apapun yang menyangkut rupa jumlah produksi, jumlah tenaga kerja,
  3.  Dokumentasi
Kegiatan yang dilakukan peneliti terkait dengan teknik dokumentasi ini adalah mengumpulkan data-data melalui keterangan secara tertulis mengenai apa yang diteliti. Data-data tersebut dapat diperoleh kantor desa setempat, kantor BPS, dan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan data yang dibutuhkan.
A.    Teknik Analisis Data
1. Untuk mengetahui sejauh mana faktor - faktor yang mempengaruhi hasil produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo maka digunakan fungsi  Cobb Douglas secara matematik dapat dituliskan sebagaimana yang telah dikemukakan.
 PRL= β0 Tkβ1 Bsβ2 Atenβ3 Tpendβ4 Pusβ5 ℮…………………………………(III.1)
Untuk menggunakan model persamaan (III.I) maka persamaan tersebut diubah menjadi lenier berganda dengan  melogaritmakan dengan cara double log sebagai berikut:
PRL = β0 + β1  LnTk  + β2  LnBs  + β3  LnAten + β4  LnTpend + β5  LnPus + ℮……………………………………….(III.2)

Keterangan :
PKS     = produksi kain sutera (m)
β0         = konstanta
Tk          = tenaga kerja ( jiwa )
Bs          = benang sutera (kg)
Aten     =  alat tenun (unit)
Tpend  = tingkat pendidikan (tahun )
Put         = pengalaman usaha produksi kain sutera (tahun)
 β0, β1, β2, β3, β4,β5 = koofesien regresi variabel bebas
eu= e yang dipangkatkan dengan u atau error termas

uji hipotesis
untuk mengkaji keberartian model regresi maka dilakukan dua tahap yaitu uji f dan uji t
uji f pada tabel anavar dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel babas dari hasil produksi kain sutera faktor- faktor produksi diatas sama  mempunyai pengaruh secara bersama-sama yaitu:
Ho : βi (i = 1,2,3,4,5,6,7,)  = 0 Artinya  tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama  variabel indipenden ke -i terhadap variabel dependen (produksi hasil produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo).
H1 : Sekurang-kurangnya satu nilai β tidak sama dengan nol artinya terdapat pengaruh variabel independen ke –i  secara bersama-sama  terhadap variabel dependen.
Kriteria pengujian adalah jika H0 ditolak dan H1 diterima, jika nila f  hitung >  F tabel pada taraf α : 0.05  artinya variabel indevenden (tenaga kerja, Benang sutera, mesin tenun, tingkat pendidikan, pengalaman usaha produksi sutera), berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap (hasil produksi kain sutera) sebaliknya jika F hitung <  dari nilai  F tabel, maka H0 diterima dan menolak H1 yang berarti ke-i secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel   dependen  ( hasil produksi kain sutera)
                   Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara individu variabel bersama sama berpengaruh terhadap hasil produksi kain sutera.
Ho : βi ( i = 1,2,3,4,5,6,7,) = 0 artinya tidak terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen ( produksi hasil kain sutera)
HI  : βi ≠ 0 = artinya terdapat pengaruh veriabel independen secara individu terhadap variabel dependen( produksi hasil kain sutera)
Kriteria pengujian keputusan adalah jika t hit > t tabel maka H0 ditolak dan menerima H1 yang berarti variabel independen ke-i secara parsial tidak  berpengaruh nyata terhadap variabel dependen, sedangkan jika t hit > t tabel, maka H0 diterima dan menolak H1 yang berarti variabel indipenden ke-i secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
-          Ketepatan Model
Ketepatan model dihitung melalui koefisien determinasi (R2). R2 digunakan  untuk menunjukkan sampai seberapa besar  variasi variabel dependen dijelaskan variabel independen.
R2  =1-                                                            


 
Atau R2 = 
Dimana
R2           : koefisien determinasi
TSS     : total jumlah kuadrat
RSS     : residual jumlah kuadrat yang tidak dapat dijelaska
ESS     : jumlah kuadart yang dapat dijelaskan
2 . salanjutnya untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatu usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah Increasing, Constant, atau Decreasing Return to Scale  dengan rumus yaitu:s
a.         Decreasing Return to Scale1+β2 +β3 + β4 + β5β6 + β7) < 1 dalam keadaan demikian dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor peoduksi melebihi proporsi penambahan produksi kain sutera ( tenaga kerja, benang sutera,mesin tenun, tingkat pendidikan, dan pengalaman usaha produksi kain sutera)
b.        Constant Return To Scale β0 +β1+β2 +β3 + β4 + β5 = 1 dalam keadaan demikian penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambhan produksi yang diperoleh. Bila faktor produksi ditambah 25 %, maka produksi akan bertambah juga sebesar 25%.
c.                   Increasing Return to Scale, bila β1+β2 +β3 + β4 + β5  β6 + β7 = > 1 ini artinya bahwa proporsi penambahan faktor produksi yang proporsinya lebih besar jika  faktor produksi ditambah 10 % maka produksi kain sutera bertambah 2

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Gambaran Umum Kecamatan Tanasitolo
1.      Keadaan Geografis
Kecamatan tanasitolo merupakan salah satu kecamatan yang terletak diwilayah Kabupaten Wajo  pada bagian utara. Kecamatan ini berjarak  ± 6KM dari pusat kota sengkang dengan jarak tempuh ±20 menit perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor dan secara umum alat transportasi masyarakat yang digunakan adalah motor dan mobil. Luas wilayah Kecamatan Tanasitolo 154,60 Km2  atau 6,17% dari luas kabupaten Wajo, dengan batas – batas wilayah sebagai berikut, Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Maniangpajo, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tempe, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Majauleng,dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Belawa.
Jika dilihat dari Topografinya Kecamatan Tanasitolo mempunyai kemiringan lahan cukup bervariasi mulai dari datar, bergelombang hingga berbukit. Sebagian besar wilayahnya tergolong datar dengan kemiringan lahan/lereng 0 – 2 % atau sekitar 84 % dari luas wilayah Kecamatan Tanasitolo, sedangkan lahan datar hingga bergelombang dengan kemiringan / lereng 3 – 15 % sebanyak   8,43%  luas wilayah Kecamatan Tanasitolo, lahan yang berbukit dengan kemiringan / lereng diatas 16 – 40 %  sebanyak 5,50 % luas wilayah Kecmatan Tanasitolo dan kemiringan lahan diatas 40 % (bergunung) hanya 1,32% luaa wilayah Kecamatan Tanasitolo.
2.      Administrasi
Secara administrasi  Ibu kota Kecamatan Tanasitolo adalah Tancung. Dalam pembagian wilayah, Kecamatan Tanasitolo memiliki 4 (empat) wilayah Kelurahan yakni kelurahan Tancung, Kelurahan Baru Tancung, Kelurahan Pincengpute dan Kelurahan Mapadaelo sedangkan jumlah  desa sebanyak 15 (lima belas) wilayah yakni desa inalipue, Desa Mannagae, Desa Tonralipue, Desa Ujunge, Desa Pajalele, Desa Nepo, Desa Palippu, Desa Wajoriaja, Desa Assorajang, Desa Mario, Desa Lowa, Desa Waetuo, Desa Wewangrewu, Desa Pakkanna, Desa Ujung Baru.  
3.      Penduduk, Mata Pencaharian, Dan Produksi
a.    Penduduk
Dalam kehidupan bermasyarakat peneliti melihat dan meninjau rasa persaudaraan dan nilai gotong royong yang dimiliki warga Kecamatan Tanasitolo. Belum lagi masalah pendidika, di mana ada beberapa desa dan dusun yang dimana masyarakatnya kurang dan sama sekali tidak pernah menduduki bagku sekolah karena menurut cerita mereka  pendidikan itu hanya menghabiskan biaya sedangkan kebutuhan hidup primer sudah harus dipenuhi secepatnya dengan cara menghabiskan waktu untuk memproduksi kain sutera, selain masalah biaya masyarakat juga masih percaya akan adat istiadat nenek moyang.
Dari data Demografi yang disajikan bahwa jumlah KK (kepala keluarga) yang bermukim di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo adalah seperti tabel di bawh ini.









Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo dirinci menurut kepala keluarga, tahun  2011
No
Desa/Kelurahan


KK (kepala keluarga)
Jumlah Jiwa
Laki-Laki
Perempuan
1
 Kelurahan Tancung
1.175
1.315
699
2.490
2
 Kelurahan Baru Tancung
881
925
458
1.806
3
 Kelurahan Pincengpute
1.330
1.483
668
2.813
4
 Kelurahan Mappadaelo
1.021
1.208
625
2.229
5
 Desa Inalipue
1.135
1.303
703
2.438
6
 Desa Managae
1.028
1.239
630
2.267
7
 Desa Tonralippu
320
368
164
688
8
 Desa Palipue
687
818
397
1.505
9
 Desa Ujunge
1.004
1.070
505
2.076
10
 Desa Pajalele
747
861
422
1.608
11
 Desa Nepo
812
905
441
1.717
12
 Desa Wajoriaja
991
1.046
620
2.037
13
 Desa Lowa
668
675
346
1.343
14
 Desa Assorajang
1.868
2.127
980
3.995
15
 Desa Pakkanna
1.275
1.482
603
2.757
16
 Desa Ujung Baru
654
735
312
1.389
17
 Desa Waetuwo
1.457
1.613
855
3.070
18
 Desa Wewangrewu
942
997
468
1.939
19
 Desa Mario 
731
846
470
1.577

Jumlah
18.726
21.016
10366
39.744
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 2010.
            Sedangkan data penduduk Kecamatan Tanasitolo berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo dirinci menurut jenis  kelamin, tahun  2011
                   
No
Jenis kelamin
Jumlah jiwa
Persentase (%)
1.
Laki-laki
18.726

47.12
2.
Perempuan
21.016

52.88

Jumlah
39.744
100,00

Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 2010

Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak yakni sekitar 21.016 jiwa atau 52,88 persen dari jumlah penduduk di Kecamatan Tanasitolo yakni sebesar 39.744 jiwa. Sedangkan penduduk dengan jenis kelamin laki-laki lebih kecil jumlahnya dibanding dengan jumlah penduduk perempuan, yakni 18.726 jiwa atau sebesar 47,12 persen dari jumlah penduduk di Desa Borongtala yakni 30.744  jiwa.
b.    Mata Pencaharian Dan Produksi
Kondisi perekonomian suatu daerah sangatlah dipengaruhi dari jenis bidang usaha atau mata pencaharian penduduknya. Mata pencaharian penduduk kecamatan tanasitolo kabupaten wajo secara keseluruhan pada sektor industri dominan menggeluti bidang usaha produksi kaini sutera, adapun profesi lain selain produksi kain sutera adalah pedagang kain sutera,nelayan,petani,pedagang eceran dan campuran,peternak, pegawai negeri sipil,dan TNI dan POLRI.
Masyarakat Kecamatan Tanasitolo dominan melakukan proses produksi kain Sutera baik dalam bentukkain maupun dalam bentuk sarung. Kegiatan usaha ini banyak dilakukan di Kecmatan Tanasitolo karena selain kegiatan ini sebagai usaha tradisi dari orang tua, juga karena di tunjuknya kecamatan tanasitolo sebagai kecamatan pusat sutra di kabupaten wajo.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo dirinci menurut Mata Pencaharian, tahun  2011
No
Mata Pencaharian
Jumlah
Persentase
(Orang)
(%)
1
Wiraswasta
10506
58,74
2
PNS/SWASTA
1285
7,18
3
TNI
525
2,94
4
POLISI
754
4,22
5
Nelayan
132
0,74
6
Petani
2781
15,55
7
Peternak
1902
10,63

Jumlah
17.885
100%
Sumber: Kecamatan Tanasitolo Dakam Angka,2010
      Dari tabel tersebut di atas, menunjukkan data jumlah penduduk yang sebagian besar penduduknya hidup dari mata pencaharian sebagai berikut yang tersebar di seluruh kelurahan dan desa yang ada di Kecamatan Tanasitolo, dimana profesi wiraswasta yaitu 10506 orang atau sekitar 58,74%. Dibandingkan dengan PNS/Swasta hanya berjumlah 1285 orang atau 7,18%, yang berprofesi sebagai TNI sebanyak 525 orang atau 2,94%, profesi polisi sebanyak 754 orang atau 4,22%, serta 2781 orang yang berprofesi sebagai petani atau 15,55%, yang berprofesi sebagai peternak sebanyak 1902 orang atau (10,63%), sedangkan profesi penduduk yang memiliki peminat yang sedikit adalah nelayan dimana hanya ada 132 orang atau (0,74%) hal ini disebabkan karena letak geografis kecamatan tanasitolo kurang memiliki daerah perairan.
B.     Karakteristik responden
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 39 orang pengrajin di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo, pada bagian ini akan dijelaskan beberapa karakteristik responden menurut penggunaan tenaga kerja, pengalaman usaha, penggunan Benang sutera, tingkat pendidikan pengrajin kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.
1.    Ditribusi responden berdasarkan penggunaan benang sutera (Kg)
Benang sutera merupakan salah satu faktor yang penting dalam produksi kain sutera karena benang merupakan bahan utama dalam menghasilkan output kain benang. Distribusi jumlah penggunaan bibit yang digunakan oleh petani rumput laut di Desa Borongtala Kecamatan Tamalatea dapat dilihat pada tabel berikut :


Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Penggunaan Benang Sutera Kecamatan Tanasitolo  Kabupaten Wajo, 2011.
No
Penggunaan Benang Sutera
                     ( kg)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1
Kurang dari  1
5
12,82
2
  1 – 5
                  24
61,54
3
  6 10
5
12,82
4
1115
2
 5,13
5
Lebih dari 16
3
  7,69

Jumlah
               39
100,00
Sumber :  Data Primer Setelah di Olah, 2011.
Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa responden penggunaan benang sutera kurang dari 1 kg sebanyak 5 orang atau (12,82 persen), 15 kg sebanyak 24 orang (61,54 persen), 610 kg sebanyak  5 orang (12,82 persen), 1115 kg sebanyak 2 orang (5,13 persen), dan lebih dari 16 kg sebanyak  3 orang atau ( 7,69 persen).
2.    Distirbusi responden berdasarkan jumlah tenaga kerja (jiwa).
Tenaga Kerja merupakan salah satu aspek terpenting dalam melakukan proses produksi, hal ini disebabkan karena tanpa partisipasi tenaga kerja dalam suatu kegiatan proses produksi  kegiatan produksi tidak akan berjalan maksimal.
Tabel 4. Distribusi jumlah tenaga kerja di Kecamatan Tanasitoo Kabupaten Wajo tahun 2011.
No
Tenaga kerja
    (jiwa)
Frekuensi
( jiwa)
persentase 
(%)
1
1 – 5
34
87,18
2
610
1
 2,56
   3
11 keatas
  4
                10,26

Jumlah
39
               100,00
Sumber :  data Primer Setela di Olah, 2011
Tabel 4 di atas dapat dilihat responden yang menggunakan tenaga kerja 1 − 5 orang sebanyak 34  atau (87,18 %), responden yang menggunakan tenaga kerja 610 orang sebanyak 1 atau (2,56 %), dan  responden yang  menggunakan tenag kerja lebih dari 11 orang atau lebih sebanyak 4 atau (10,26%)
3.    Ditribusi responden berdasarkan pendidikan (tahun)
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator keadaan sosial ekonomi masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah dalam menerima inovasi yang terjadi pada masyarakat. Untuk mengetahui tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Kecamatan Tanasitolo  Kabupaten Wajo, 2011.
No
Tingkat Pendidikan
         
Jumlah responden (orang)
Persentase
(%)
1
Tidak Pernah Sekolah
  2
5,13
2
Tidak Tamat SD
  4
            10,26
3
Tamat SD
25
              64,10
4
Tamat SLTP
  2
 5,13
5
Tamat SLTA
  3
 7,69
6
Tamat perguruan tinggi S1
  3
7,69

Jumlah
39
100,00
Sumber :  Data Primer Setalah di Olah , 2011
Tabel 6 di atas, terlihat bahwa dari 39 orang responden tedapat 2 orang yang tidak pernah sekolah dalam persen (5,13%), tidak tamat SD 4 responden atau (10,26%)responden yang  tamat SD sebanyak 25 orang atau (64,10 %), terdapat 2 orang yang tamat SLTP (5,13 %), 3 orang yang tamat SLTA (7,69 %), dan ada 3 orang responden yang tamat perguruan tinggi (7,69 %) . Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pengrajin kain sutera Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo tergolong masih rendah.
4.     Pengalaman usaha produksi kain sutera (tahun)
Pengalaman usaha produksi kain sutera merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan dalam proses produksi kain sutera. Pengalaman kerja yang lebih lama membuat pengrajin memilki kemapuan dalam melakukan kegitan produksi dibandingkan dengan pengrajin yang kurang berpengalaman. Namun hal ini bukan suatu kemutlakan bahwa pengrajin yang berpengalaman akan lebih baik dibandingkan dengan yang kurang berpengalaman karena terdapat faktor lain di dalam melakukakan suatu kegiatan produksi.
Untuk lebih mengetahui karakteristik responden menurut pengalaman usaha produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Pengalaman Usaha Produksi Kain Sutera Kecamatan Tanasitolo  Kabupaten Wajo, 2011.
No
Pengalaman usaha produksi kain
responden
(orang )
Persentase
 (%)
1
 1  -   5 tahun
15
 38,46
2
 6  – 10 tahun
              8
20,51
3
11 – 15tahun
 6
15,38
4
1620
4
 10,26
5
>     20
6
 15,38

Jumlah
39
100,00
Sumber : Data Primer Setalah di Olah , 2011
Tabel 7 di atas dapat dilihat responden yang memiliki pengalaman usaha produksi kain sutera  antara 1 – 5 tahun sebanyak 15 responden dengan persentase (38,46%), pengalaman usaha 6 − 10 tahun sebanyak 8 responden (20,51%),pengalaman usaha  11 − 15 sebanyak 6 orang (15,38%),kemudian pengalaman usaha 1620 tahun sebanyak 4 orang (10,26%), sedangkan responden yang memiliki pengalaman usaha > 20 tahun ke atas sebanyak 6 responden dengan persentase (15,38%). Artinya responden telah cukup berpengalaman dalam proses produksi kain sutera
5.    Distribusi responden berdasarkan umur pengrajin kain sutera (tahun)
Umur merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas karena semakin tua seseorang semakin menurun pula kinerjanya sehingga berimbas kepada produktivitas mereka dalam suatu masa kerja tenaga kerja berada pada usia produktif mempunyai kondisi fisik yang optimal yang sangat menentukan keberhasilan produksi.
Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan umur pengrajin kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo, tahun 2011.
No
Hasil Produksi
(tahun)
Frekuensi
 (orang)
Persentase
(%)
1
1020
   5
12,82
2
2130
            10
                25,64
3
3140
            10
25,64
4
4150
            10
25,64
5
   51 ke atas
  4
10,26

Jumlah
         39
100,00
Sumber :  Data Primer Setalah di Oleh, 2011.
Tabel 8 di atas, menjelaskan tentang tingkat umur responden antara 1020 tahun sebanyak 5 orang atau (12,82 %), 21 30 tahun  sebanyak 10 orang atau (25,64 %), 3140 tahun  sebanyak 10 orang atau (25,64 %),41 – 50 orang sebanyak 10 orang atau (25,64 %), adapun responden yang berumur  51 tahun  sebanyak 4 orang atau (10,26 %).
6.    Distribusi responden berdasarkan Hasil produksi
Usaha peningkatan produksi kain sutera dapat dicapai dengan pengelolaan dan pemanfaatan faktor-faktor produksi secara bersama-sama sehingga dicapai efisiensi dan evektivitas dalam produksi kain sutera yang dicapai antara pengrajin satu dengan pengrajin yang lainnya dalam kegiatan produksi. Hasil produksi dapat dipengaruhi oleh banyaknya jumlah alat tenun dan jumlah tenaga kerja yang dimiliki pengusaha produksi kain sutera..
Untuk mengetahui tingkat produksi yang dicapai responden dalam satu pekan dapat dilihat pada tabel berikut ini :








Tabel 9. Distribusi jumlah Produksi Kain Sutera Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo, tahun 2011.
No
Hasil Produksi
(M)
Frekuensi
 (orang)
Persentase
(%)
1
520
16
41,02
2
2135
             9
                23,08
3
3650
4
10,26
4
51 – 65
1
  2,56
5
66 ke atas
9
23,08

Jumlah
         39
100,00
Sumber :  Data Primer Setalah di Oleh, 2011.
Tabel 8 di atas, menjelaskan tentang jumlah produksi kain sutera  yang dihasilkan oleh responden antara 520 m sebanyak 16 orang atau (41,02 %), 21 35m sebanyak 9  orang atau (23,08 %), 36 − 50 m sebanyak 4 orang atau (10,26 %),51 − 65 m sebanyak 1 orang atau (2,56 %), adapun responden yang mampuh memproduksi kain sutera lebih dari 66 m sebanyak 9 responden atau (23,08%).








C.       Faktor –faktor yang mempengaruhi hasil produksi kain sutera di Kecematan Tanasitolo Kabupaten Wajo
Penelitian ini terdapat 2 faktor yang mempengaruhi secara langsung terhadap hasil produksi kain sutera Kecamatan tanasitolo Kabupaten Wajo yaitu tenaga kerja, benang sutera, dan ada 3 faktor  yang mempengaruhi secara tidak langsung yaitu tingkat pendidikan, umur, dan Pengalaman usaha. Dalam penelitian, analisis data yang digunakan adalah analisis statistik fungsi produksi Cobb Douglas.
Tabel 10. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kain Sutera Di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.
           Variabel independen
 TH
      Β
 t- Hitung
Sign
Benang Sutera
Tenaga Kerja
Tingkat Pendidikan
Pengalaman Usaha
Umur
                                      
+
+
+
+
-


0,996***
0,003***
0,003***
    0,001***
  -0,001 ns

536,063
1,780
1,874
2,302
-,747
 0,000
0,084
0,070
0,028
0,061
Konstanta


       
  2,300
F Hitung



568761,565
Sign F



    0,000
R2



    ???
 n



      39
Sumber : Analisis Data Primer Setelah di Olah, 2011

Keterangan  :
TH          : Tanda harapan
***         : Taraf Signifikansi  dan kesalahan 0,01 (1 %) atau tingkat     kepercayaan 99 %
**           : Taraf signifikansi dan pada kesalahan  0,05 ( 5% ) atau tingkat  Kepercayaan 95%
*              : Taraf Signifikansi  dan kesalahan 0,10 ( 10 % ) atau tingkat  Kepercayaan 90%
NS           :  Tidak signifikan
           
Taraf signifikansi merupakan taraf kepercayaan. Dalam penelitian ini mengunakan taraf signifikansi 0,01 (1%) artinya taraf kepercayaan atau taraf kebenarannya adalah sebesar 99 persen dan tingkat kesalahannya 1 persen , taraf signifikasi 0,05 (5%) artinya taraf kepercayaan adalah 95 persen benar dan taraf kesalahan 5 persen, sedangkan taraf signifiknasi 0,10 (10%) artinya tingkat kepercayaan atau kebenarnnya sebesar 90 persen dan tingkat kesalahannya 10 persen. Jika memperhatikan kembali bentuk persamaan setelah menarik logaritma natural dari persamaan regresi Cobb-Douglas yaitu :
Ln PRL = 4,325 + 0,996LnBs + 0,003LnTk +0,003 LnTpend + 0,001LnPus – 0,001LnUmur e ...(IV.1)
       PRL = 75.756 Bs 0,996 Tk 0,003 Tpend 0,003 Pus 0,001 Umur -0,001
                               
Untuk mengetahui keberartian koefisien regresi maka dilakukan uji F, adapun uji F yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 10 di atas. Dari tabel 10 di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 568761,565 dengan signifikansi 0,000 jauh lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0,05 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengujian hipotesis di atas menolak H0 atau menerima H1. Hal ini menunjukkan bahwa benang sutera,tenaga kerja,tingkat pendidikan,pengalaman usaha, dan umur,secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.
Tabel 10 di atas dapat dilihat koefisien determinasi(R2) sebesar ????0,897 berarti variansi faktor produksi benang sutera,tenaga kerja,tingkat pendidikan,pengalaman usaha, dan umur memberikan kontribusi 89,7 % terhadap produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo, sedangkan sisanya 10,3% dipengaruhi oleh faktor yang tidak diperhatikan dalam penelitian ini.
untuk mengetahui faktor produksi mana saja yang mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap hasil produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo dilakukan Uji t. Berikut Variabel yang memiliki pengaruh terhadap hasil produksi budidaya rumput laut dalam penelitian ini :
1.      Benang Sutera
Tabel diatas dimana benang sutera berpengaruh positif  hal ini dapat terlihat dari nilai t hitung 536,036 dan diikuti nilai koefisien β yang bernilai positif 0,996 dengan tingkat signifikansi 0,000 jauh lebih kecil dari pada taraf signifikasi 0,01 yang artinya tenaga kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produksi kain sutera , hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Selanjunya koefisien regresi sebesar 0,996 yang berarti setiap  penambahan benang sutera 1% akan meningkatkan produksi kain sutera sebesar 0,996 %. Alasannya karena benang sutera merupakan input utama yang dibutuhkan dalam proses produksi kain sutera. selain itu kekurangan benang sutera bisa menyebabkan produksi kain sutera akan berkurang.

2.      Tenaga kerja
Tabel diatas dimana tenaga kerja berpengaruh positif  hal ini dapat terlihat dari nilai t hitung 1,780 dan diikuti nilai koefisien β yang bernilai positif 0,003 dengan tingkat signifikansi 0,084  jauh lebih kecil dari pada taraf signifikasi 0,01 yang artinya tenaga kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produksi kain sutera, hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Selanjunya koefisien regresi sebesar 0,003 yang berarti setiap  penambahan tenaga kerja 1% akan meningkatkan produksi hasil budidaya rumput laut  sebesar 0,003%. Alasannya karena tenaga kerja merupakan unsur yang paling dibutuhkan oleh pengelolah produksi kain sutera. selain itu kekurangan tenaga kerja bisa menyebabkan produksi kain sutera akan berkurang.
3.      Tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan memiliki pengaruh yang  signifikan terhadap hasil produksi kain sutera, hal ini  sesuai dengan hipotesis  yang diajukan. Adapun nilai t hitung  sebesar 1,874 dengan signifikansi 0,070 jauh lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,10%. Selanjunya koefisien regresinya sebesar 0,070  yang dapat dilihat kembali pada (table 6) yang menjelaskan bahwa sebagian besar responden telah mengenyam pendidikan yang rata-rata selama 6 tahun sebanyak 64,10%. Hal ini dikarenakan pengrajin kain sutera rata-rata pernah mengenyam pendidikan sehingga dapat memiliki pengetahuan tentang persuteraan. Dari pendidikan formalnyalah produksi kain sutera mengalami  peningkatan yang cukup.
4.      Pengalaman usaha pengrajin
Pengalaman usaha pengrajin kain sutera memiliki pengaruh yang  signifikan terhadap hasil produksi kain sutera, hal ini  sesuai dengan hipotesis  yang diajukan. Adapun nilai t hitung  sebesar 2,302 dengan signifikansi 0,001 jauh lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,10%. Hal ini dikarenakan pengrajin kain sutera rata-rata memiliki pengalaman usaha yang tergolong lama sehingga dengan penglaman usaha pengrajin itulah yang dapat meningkatkan produksi kain sutera.
5.      Umur
        Umur memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap hasil produksi kain sutera, adapun  nilai  t hitung  sebesar -0,001 dengan signifikansi 0,461 jauh lebih besar dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,10 atau 10%.















BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.        Hasil penelitian dan pengolahan analisis data, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo secara positif dan signifikan adalah benang sutera,tenaga kerja,pendidikan,pengalaman usaha, yang  artinya semakin banyak penggunaan benang sutera,tenaga kerja,serta makin tingginya pendidikan dan pengalaman usaha dapat meningkatkan hasil produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo . Sedangkan umur pengrajin kain sutera berpengaruh  negatif terhadap  hasil produksi kain sutera di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.
2.        Seluruh penggunaan input mengalami peningkatan terhadap hasil produksi kain Sutera Di Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.













B.     Saran
Adapun yang bisa kami sarankan adalah sebagai berikut :
1.        Diharapkan kepada pemerintah dalam hal ini Dinas koperasi,UMKM,Perindustrian dan Perdagangan Kab.Wajo  agar semakin meningkatkan pembinaan dan penyuluhan kepada para  pengrajin kain sutera di kecamatan tanasitolo pada khususnya dan pengrajin sutera kabupaten wajo pada umumnya.
2.        Bagi para pengrajin kain sutera agar terus meningkatkan hasil produksi kain sutera atau produktivitas dengan menggunakan tenaga kerja yang produktif serta penggunaan bahan baku benang sutera yang unggul dan menambah volume usaha produksi kain sutera agar supaya tujuan pemrintah daerah betul-betul tercapai. Karena keterbatasan jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini,maka penulis mengharapkan untuk diadakan penelitian yang lebih lengkap atau mengkaji faktor-faktor produksi yang lainnya.


1 komentar: